Jakarta, Mobilitas – Pertumbuhan ekonomi nasional hingga akhir tahun 2022 kemarin diyakini masih di atas 5%.
Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam BRI Microfinance Outlook 2023, Kamis (26/1).
mengatakan, tahun 2022 ditutup dengan sangat baik. Ekonomi nasional masih tetap tangguh meski di tengah gejolak geopolitik dan ancaman resesi dunia.
“Dari sisi ekonomi pertumbuhan ekonomi kita di atas 5% atau sebesar 5,72% (kuartal III). Dan di kuartal IV pertumbuhan ekonomi akan kuat di atas 5%, diperkirakan akan bertahan di kuartal IV, mungkin akan 5,3% atau 5,4%,” ujarnya dalam BRI Microfinance Outlook 2023, Kamis (26/1/2023).
Menurut mantan Managing Director Bank Dunia itu, tumbuhnya ekonomi nasional didorong oleh meningkatnya konsumsi dan mobilitas masyarakat. Konsumsi rumah tangga dan sektor swasta terutama industri pengolahan terus merangkak naik sejalan daya beli yang terjaga (terlebih masyarakat kurang mampu mendapatkan bantuan sosial).
Data Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan, sepanjang kuartal III-2022 sektor konsumsi rumah tangga tumbuh 5,39%. Meski sedikit melambat dibanding kuartal II yang tumbuh 5,51%, namun tetap berada di tren positif.
Permintaan bahan pangan konsumsi rumah tangga maupun bahan baku industri, telah memantik pertumbuhan di sektor angkutan atau transportasi, plus pergudangan. Bahkan, pertumbuhan kedua sektor itu telah terjadi secara simultan sejak beberapa tahun terakhir, meski di tengah pandemi Covid-19 sekali pun.
Dampak positifnya, permintaan kendaraan naik pun terkerek. Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie Sugiarto tak memungkiri itu. Bahkan, mengamini hubungan sebab akibat antara tumbuhnya ekonomi dengan permintaan kendaran komersial.
“Memang, fakta selama ini, seperti itu. Seiring pertumbuhan ekonomi, demand kendaraan niaga termasuk truk juga meningkat,” papar dia saat dihubungi Mobilitas di Jakarta, Selasa (24/1/2023).
Data BPS memperkuat argumen itu. Disebutkan, sepanjang kuartal II dan III 2022 yang tumbuh 5,44% dan 5,72%, sektor transportasi (angkutan) dan pergudangan tumbuh paling tinggi di antara sektor-sektor yang ada. Pada kuartal ketiga tumbuh 21,27% (tertinggi dari semua semua sektor), dan pada kuartal III tumbuh 25,81%.
“Menariknya, sekarang ini pertumbuhan sektor transportasi logistik itu bukan hanya ditarik oleh pertumbuhan perdagangan produk yang dilayanii. Tetapi juga sebaliknya, sektor transportasi juga mendorong perdagangan dari komoditas itu. Dengan kata lain paradigmanya bukan hanya ship follows the trade (pengangkutan meningkatkan perdagangan) tetapi telah dilengkapi ship promotes the trade (pengangkutan meningkatkan perdagangan),” papar Chairman Supply Chain Indonesia, Setijadi, belum lama ini.
Lantaran itu pula, lanjut Setijadi, bisnis logistik (angkutan dan pergudangan) terus merambat naik. Meski di tengah tantangan tekanan ketidakpastian ekonomi global sekali pun.
Dia menyodorkan data, subsektor transportasi yang di tahun 20201 berkontribusi terhadap PDB sebesar Rp 548,8 triliun di tahun 2022 masih meningkat. “Diprediksi pada tahun 2022 kontribusinya sebesar Rp 568,6 triliun atau tumbuh 1,15% year on year,” kata dia dalam keterangan tertulis.
Hasilnya, ekonomi Indonesia pun tumbuh secara berkesinambungan dan semakin moncer. Data BPS memperlihatkan, pada kuartal pertama tumbuh 5,01%, kedua tumbuh 5,44%, dan ketiga 5,72%.
Larisnya Mitsubishi Canter
Fakata menarik lain yang patut dicermati adalah, ternyata pertumbuhan sektor transportasi dan pergudangan itu ternyata linear dengan permintaan sarana nagkutan (termasuk truk). Fakta berbicara, sepanjang tahun 2022 itu, ternyata permintaan truk di Tanah Air terbukti melonjak, seiring dan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi itu.
Data Gaikindo yang dikutip Mobilitas, Sabtu (28/1/2023) menunjukkan, tahun itu penjualan truk ke diler (wholesales) mencapai 92.634 unit, menanjak 27% dibanding 2021 yang masih 72.900 unit.
Dari total penjualan sebanyak itu, 66.532 unit di antaranya merupakan truk ringan. Jumlah penjualan ini naik 12,5% dibanding tahun sebelumnya, yang sebanyak 59.137 unit.
Di segmen ini, truk ringan Mitsubishi Fuso (yakni Mitsubishi Canter series) menguasai pasar dengan total penjualan 33.748 unit, naik signifikan dibanding tahun 2021 yang masih sebanyak 32.862 unit. Mereka mengungguli truk ringan merek Isuzu yang terjual 17.601 unit (naik 38,9% dibanding 2021 yang masih sebanyak 12.667 unit.
Mitsubishi Canter series juga lebih berjaya ketimbang truk ringan Hino Dutro series yang laku sebanyak 14.918 unit. Meski jumlah penjualan Hino Dutro itu telah melonjak 12,5% dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 13.258 unit.
Namun, kejayaan truk Mitsubishi Fuso di pasar Indonesia tak hanya terjadi di tahun 2022 saja, tetapi juga di tahun sebelumnya. Fakta berbicara, selama 2021, total penjualan truk (seluruh kategori) yang dibukukan Mitsubishi Fuso melalui PT KTB mencapai 36.518 unit (wholesales), melonjak 41,5% dibanding tahun sebelumnya yang sebanyak 21.359 unit.
Sementara, total penjualan ke konsumen (ritel) pada saat yang sama mencapai 34.375 unit. Jumlah ini melejit 30,1% dibanding jumlah yang berhasil diraup PT KTB sepanjang tahun 2021, yang masih sebanyak 24.000 unit.
“Sepanjang tahun 2021, kami berhasil meraih pangsa pasar total penjualan truk hingga 46,7%. Sementara di segmen kategori truk ringan, masih di atas 65%, yaitu sekitar 68% – 69%. Karena kami juga terus melakukan inovasi layanan purna jual untuk memberikan dukungan kepada bisnis pelanggan kami, sehingga mereka bisa meraih keuntungan bisnis yang maksimal,” ungkap Sales & Marketing Director PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (PT KTB), yang dihubungi Mobilitas, belum lama ini.
Pencapaian penjualan itu sekaligus membuktikan betapa besarnya kontribusi Mitsubishi Fuso dalam menggerakkan roda ekonomi Indonesia. Sebab, dengan truk ringan Mitsubishi Canter, Mitsubishi Fuso melalui PT KTB telah menggelindingkan roda bisnis sektor konsumsi, industri manufaktur, jasa angkutan truk, hingga industri jasa logistik di Tanah Air. (Din/Aa)
Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id