Detroit, Mobilitas – Nama Mary Teresa Barra langsung menjulang di kalangan industrialis otomotif dunia, sesaat setelah Dewan Komisaris dan investor General Motors (GM) sepakat mendapuknya sebagai orang nomor satu alias Chief Executive Officer (CEO) di manajemen salah satu pabrikan terbesar di Amerika Serikat itu.
Meski perempuan kelahiran Royal Oak, Michigan, 24 Desember 1961 itu bukanlah sosok asing di GM, karena dia merupakan pejabat karir di pabrikan tersebut.
Namun, yang membuat perhatian berpaling padanya adalah dia menjadi wanita pertama yang memimpin pabrikan yang berdiri sejak 16 September 1908 itu. Kedua, ibu dua anak ini, selama masa tugasnya sebagai petinggi GM dengan jabatan Vice President kerap melakukan langkah-langkah restrukturisasi, sehingga komunitas industri mobil dunia juga penasaran terhadap sepak terjangnya.
Istri dari Anthony Barra ini sebelum didapuk sebagai CEO pada 10 Desember 2013 – untuk menggantikan Daniel Akerson – dan resmi dilantik 15 Januari 2014, telah menduduki berbagai jabatan strategis di GM. Pada Februari 2008, Mary dipercaya mengemban jabatan Vice President of Global Manufacturing Engineering.
Kemudian sejak Juli 2009 hingga Februari 2011, manajemen GM mempercayainya sebagai Vice President of Global Human Resources. Dan sejak Februari 2011 itu, jabatannya naik menjadi Executive Vice President of Global Product Development yang bertanggung jawab dalam desain produk.
Pada Agustus 2013, tugasnya sebagai Vice President diperluas dengan tambahan tanggung jawab di bidang Global Purchasing dan Supply Chain. Di sini terlihat, kemampuan dan pengalamannya memang sangat mumpuni.
Sederet prestasi
Sebagai seorang Vice President, Mary dengan cemerlang mengusulkan ide-ide cemerlang bagi pabrikan untuk menghadapi kondisi dan situasi bisnis di dunia yang terus dinamis. Selain melakukan restrukturisasi – dengan memangkas jaringan bisnis yang dinilai tak efisien – Mary melihat aliansi atau menjalin ikatan dengan pabrikan lain lain adalah salah sayu solusi cerdas.
Tak heran, ketika menjaba Vice President, GM menaungi sekaligus mebdulang fulus dari 12 merek. Mereka antara lain Chevrolet, Buick, GMC, Cadillac, Holden, HSV, Opel, Vauxhall, Wuling, Baojun, Jie Fang, dan Ravon.
Tetapi masih banyak lagi prestasi yang diukir oleh wanita ini. Ihwal konsep yang dijalankannya,dalam sebuah wawancara di The Economic Club di Washington DC, Mary menjelaskan bahwa yang dilakukannya adalah menempatkan company excellent untuk menghadapi berrbagai perubahan.
“Prinsipnya, tempatkan konsumen di depan dari semua semua hal. Tentu, kaidah bisnis tetap berjalan dalam hal ini,” ujar dia.
Selain itu, manajemen akan merangkal serikat buruh. Mereka bukan hanya sebatas aset dan alat produksi melainkan bagian dari mitra bisnis. Dengan demikian, keselamatan kerja dan produktifitas meningkat.
Sedangkan dalam hubungan perusahaan dengan pemerintah Mary melakukan kolaborasi. Salah satunya memberi usulan usulan kepada pemerintah untuk mendukung berbagai upaya penyelamatan lingkungan melalui perbaikan produk otomotif yang dibuat pabrikan.
Pehobi memasak
Dengan sederet kinerja dan prestasi yang diukirnya, Mary mendapatkan pengakuan dunia. Pada tahun 2013 misalnya, dia masuk urutan ke-15 dalam daftar Forbes Most Powerful Woman. Gelar yang sama diberikan oleh Fortune pada tahun 2017. Sebelumnya, di tahun 2014 dia masuk dalam sampul Majalah Time, 100 Orang Paling Berpengaruh di Dunia.
Sedikit kilas balik, Mary Barra merupakan karyawan yang berdarah tulen GM. Dia memulai karir di pabrikan yang berdiri pada tahun 1908 itu, selepas Sekolah Menengah Atas di usia 18 tahun. Kala itu – tahun 1980- dia diterima sebagai mahasiswa ikatan dinas GM untuk belajar di General Motors Institute (sekarang Kettering University) jurusan teknik listrik.
Setelah lulus dia langsung menjadi karyawan. Karirnya terus menanjak, terlebih setelah menamatkan program master di Standford University. Namun, di tengah kesibukan dan beratnya tugas, Mary tetap menjaga kehangatan keluarga.
Saban hari libur dia menyempatkan diri memasak sendiri untuk anak-anak dan suaminya. Kebetulan, dia merupakan pehobi memasak. Hobi itu mulai tumbuh dalam dirinya semenjak dia beranjak remaja.
Meski tercatat sebagai CEO dengan bayaran yang sangat mahal, Mary juga sosok yang tetap rendah hati. Dia dikenal sebagai sosok yang hangat terhadap karyawan dan siapa saja.
Padahal, seperti dilansir Reuters, akhir April 2020 lalu, sebagai CEO GM, Mary menerima gaji senilai US$ 23,7 juta atau sekitar Rp 342 miliar per tahun. Rinciannya, gaji pokok sebesar US$2 juta, insentif US$3,8 juta dan kepemilikan saham US$13,1 juta. (Swe/Aa)