Jakarta, Mobilitas – Hasil Badan Kebijakan Transportasi Kementrian Perhubungan terbaru menyebut 123,8 juta orang bakal mudik.
Jumlah pemudik tersebut terbanyak berada di pulau Jawa. Dari jumlah pemudik tersebut 27,32 juta orang atau sekitar 22,07% di antaranya mengaku akan menggunakan mobil pribadi.
Selain itu pengguna sepeda motor sebanyak 25,13 juta orang atau sekitar 20,30%. Bus menjadi angkutan umum pilihan terbanyak ketiga dengan potensi pengguna 22,77 juta orang atau sektiar 18,39%.
Menariknya, dari jumlah orang yang bakal menggunakan mobil pribadi sebanyak 33,35% (atau sekitar 9,2 juta orang) mengaku akan melewati jalur tol Trans Jawa. Kemudian, 5,63% atau 1,5 juta orang lebih meniti jalur Pantai Utara Jawa (Pantura).
Sedangkan 5,04% atau sekitar 1,4 juta orang menempuh jalur Pantai Selatan Jawa (Pansela). Adapun pengguna motor, sebanyak 4,4 juta orang mengaku akan melalui jalur Pantura.
Melihat hasil survei tersebut, Ketua Bidang Advokasi Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno yang dihubungi Mobilitas di Jakarta, Kamis (16/3/2023) menyebut jalur tol Trans Jawa dipilih karena masyarakat berharap perjalanan mudik mereka bakal nyaman dan lancar.
“Karena asumsi masyarakat, sebagai jalan yang berbayar tentunya layanan di sepanjang jalur itu nyaman dilalui. Kenyamanan berarti tidak macet, aman, dan mudah jika ingin beristirahat untuk berbagai keperluan,” kata pria yang juga pengajar di Fakultas Teknik Univertas Katolik Soegijapranata Semarang itu.
Oleh karena itu, Djoko mewanti-wanti agar pemerintah bersama kepolisian sejak dini menyiapkan berbagai skenario rekayasa lalu-lintas ketika arus sangat padat. Selain itu, penyiapan rest area juga harus diperbanyak mengingat kemungkinan pemudik membeludak sangat tinggi.
“Karena tahun ini bisa dibilang mudik lebaran yang tidak dalam kondisi tanpa ada larangan maupun kebijakan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat), jadi masyarakat sangat antusias pulang kampung setelah dua lebaran sebelumnya tidak pulang,” tandas Djoko. (Jap/Aa)