Jakarta, Mobilitas – Penyebab utama mobil yang menjalani uji emisi tidak lulus adalah tingginya kandungan hidrokarbon dalam emisi gas buang mereka.
Seperti diungkap Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Safrudin, hidrokarbon merupakan senyawa kimia organik yang terdiri dari unsur hidrogen dan karbon.
“Senyawa ini digunakan sebagai unsur dalam bahan bakar bersama unsur-unsur lainnya. Mengapa digunakan, karena ukuran molekul dari senyawa ini berbanding lurus dengan tebal senyawanya, sehingga mudah sekali terurai dan “meledak”. Karena itulah digunakan sebagai campuran bahan bakar minyak,” papar Safrudin saat dihubungi Mobilitas, di Jakarta, Senin (4/9/2023).
Tetapi, jika proses pembakaran di ruang bakar mesin kendaraan ternyata berlangsung tidak sempurna, maka polutan yang atau unsur-unsur negatif yang dihasilkan hidrokarbon semakin banyak. Polutan itu adalah gas CO2 atau karbon dioksida yang berdampak negatif menyebabkan menipisnya lapisan ozon di langit atau bisa yang disebut efek rumah kaca.
“Kemudian gas CO (karbon monosikda yang berbahaya bagi tubuh manusia, karena bisa membentuk COhB yang bersifat racun dalam darah manusia, lalu ada timbal atau Pb dan belerang dioksida (SO2) yang memicu hujan asam yang bersifat korosif,” papar pria yang akrab disapa Puput itu.
Jika mobil – meskipun usia pakainya masih relatif muda – namun mesinnya tidak dalam kondisi baik, dan diuji emisi akan menghasilkan banyak hidrokarbon. Alhasil, tidak lulus uji.
Pernyataan serupa diungkap mekanik senior OtoKlinika, Edi Maryadi, yang ditemui Mobilitas di Paku Jaya, Serpong, Senin (4/2023). Menurut dia banyaknya hidrokarbon yang dihasilkan mobil ketika mesinnya dinyalakan, disebabkan oleh kondisi ruang bakar mesin mobil yang bersangkutan kotor.
Ruang bakar mesin kotor karena banyak deposit kerak karbon yang muncul akibat pembakaran yang tidak sempurna. Deposit itu menempel pada permukaan piston, payung klep, bahkan dinding silinder.
“Padahal, ketiga bagian ini merupakan komponen penting dalam sistem kerja ruang bakar mesin. Pada saat terjadi kompresi, begitu mesin dinyalakan deposit karbon itu itu terbakar dan menghasilkan residu yang terbuang ke udara. Itulah hidrokarbon dari gas buang,” jelas Edi.
Semakin kotor ruang bakar, maka akan semakin banyak pula hidrokarbon yang dihasilkan. Sedangkan kotornya ruang bakar disebabkan beberapa hal, mulai dari kualitas bahan bakar yang tidak bagus, rembesan oli mesin karena seal yang telah aus, hingga kebocoran kompresi. (Jrr/Was/Aa)