Jakarta, Mobilitas – Harga dua komoditas andalan Indonesia yakni batubara dan minyak sawit mentah (CPO) di pasar dunia melemah sejak awal tahun.
Loyonya harga tersebut diperkirakan sejumlah kalangan menjadikan perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan dan perkebunan mengerem belanja modal (khususnya sarana angkutan yakni truk) untuk efisiensi.
“Harga komoditas dua sektor itu yakni batubara dan CPO kalau kita lihat data di bursa komoditas, sejak awal tahun menurun sampai akhir semster pertama tahun ini. Sementara di kuartal ketiga masih mengalami fluktuasi,” papar Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Jongkie Sugiarto, saat dihubungi Mobilitas, di Jakarta, belum lama ini.
Pernyataan senada diungkap General Manager Business Communication PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (PT KTB) Totok Sudaryanto saat dihubungi Mobilitas, di Jakarta, Senin (23/10/2023).
“Demand truk memang menurun karena harga komoditas tambang dan komoditas perkebunan turun. Apalagi leasing (lembaga pembiayaan kredit) juga memperketat penyaluran pembiayaan (karena risiko yang meningkat akibat kondisi sosail ekonomi nasional maupun global),” papar Totok.
Sementara, data Gaikindo yang dikutip Mobilitas, di Jakarta, Senin (23/10/2023) sepanjang Januari – September tahun ini jumlah truk yang terjual ke diler (wholesales) di Indonesia sebanyak 59.420 unit. Jumlah ini merosot 10 persen dibanding wholesales yang dibukukan seluruh pabrikan pada periode sama di 2022, yang mencapai 66.103 unit.
Sedangkan jumlah truk yang terjual ke konsumen (penjualan ritel) di periode tersebut hanya sebanyak 59.885 unit. Total penjualan ini merosot 6 persen dibanding penjualan ritel selama sembilan bulan pertama di tahun lalu, yang masih sebanyak 63.536 unit.
Adapun data Revinitiv yang disitat Mobilitas pada hari yang sama memperlihatkan sejak Februari 2023, harga batubara di pasar global terus merosot hingga rata-rata di bawah US$ 200 per ton. Padahal di periode sama di 2022, harga rata-rata mencapai US$ 400 – US$ 470 per ton
Meski pada awal Agutus 2023 harga naik 14,1 persen menjadi US$ 138,85 per ton, namun tetap di bawah US$ 200. “Faktor geopolitik perang Rusia – Ukraina yang melibatkan langsung maupun tidak langsung negara-negara besar, masih membanyangi pasar komoditas pertambangan ini,” ungkap Jongkie Sugiarto.
Kondisi serupa terjadi di pasar CPO, dimana selama semester pertama tahun ini harganya hanya US$ 950,8 per ton. Padahal di periode sama 2022, di Bursa Rotterdam, sempat mencapai US$ 1.659,6 per ton. (Din/Aa)