Jakarta, Mobilitas – Sampai dengan akhir September 2023, total populasi sepeda motor listrik yang telah digunakan masyarakat Indonesia baru 67.000 unit.
Padahal keberadaan kendaraan bermotor roda dua dengan sumber tenaga setrum itu ditargetkan pada 2030 sudah harus sebanyak 13 juta unit. Target itu ditetapkan dalam roadmap Indonesia menuju nol emisi karbon.
Oleh karena itu, seperti diungkap Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, tantangan pelaku industri kendaraan listrik di Indonesia maupun pemerintah adalah bagaimana meyakinkan masyarakat agar mau beralih ke kendaraan ramah lingkungan tersebut.
Selain subsidi pembelian sepeda motor listrik Rp 7 juta per unit dan memperbanyak pabrikan kendaraan listrik yang hadir di Tanah Air berikut stasiun pengecasan baterai, kemudahan menukar baterai yang habis dayanya juga sangat penting dilakukan.Menurut Agus, tantangan bagi produsen sepeda motor listrik saat ini adalah bagaimana bisa melakukan standarisasi baterai.
“Saya kira itu juga akan membuat masyarakat sebagai calon konsumen bisa lebih nyaman dan percaya (beralih dan menggunakan sepeda motor listrik,” ungkap Agus di sela pembukaan hajatan Indonesia Motorcycle Show (IMOS+) 2023, di ICE Serpong, Tangerang, Rabu (25/10/2023).
Lantas seberapa besar pengaruhnya standarisasi baterai itu kepada minat masyarakat? Menurut pakar teknologi kendaraan listrik Institut Teknologi Bandung (ITB) Agus Purwadi, faktor standarisasi merupakan aspek yang sangat penting dalam menjadikan berkendara kendaraan listrik (baik sepeda motor maupun mobil listrik) semudah dan seaman (dalam proses perjalanan) kendaraan konvensional.
Menurut Agus, jika semua baterai yang digunakan kendaraan listrik itu standar, maka baterai itu bisa saling tukar. Sehingga, ketika daya baterai itu habis maka pengguna sepeda motor listrik bisa langsung menukarnya ke tempat penukaran baterai (battery swapping).
“Artinya, mereka tidak perlu repot harus menunggu lama untuk mengecas baterai. Tetapi cukup menukar seperti orang membeli air mineral galon, ketika isinya habis bisa ditukar langsung. Kemudahan inilah yang akan menjawab kekhawatiran masyarakat soal keterbatasan daya jangkau atau kemampuan menempuh jarak jauh dari kendaraan listrik,” papar Agus saat dihubungi Mobilitas, di Jakarta, Jumat (27/10/2023).
Terlebih, kata Agus, sampai saat ini faktor harga dan daya jangkau atau daya jelajah dari kendaraan listrik masih menjadikan masyarakat enggan untuk menggunakannya. Mereka beranggapan, motor listrik tidak seperti motor konvensional yang jika kehabisan bahan bakar tinggal mampir ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) atau bahkan penjual bernsin eceran.
“Jadi selain harga, infrastruktur pengisian daya listrik (tempat pengecasan), maupun layanan purna jual kendaraan, faktor kemudahan menukar baterai juga sangat penting bagi masyarakat untuk beralih ke kendaraan listrik. Nah, di sinilah pentingnya baterai motor-motor listrik itu distandarkan,” tandas Agus. (Yan/Aa)