Jakarta, Mobilitas – Selama periode Januari – November itu semua pabrikan asal Jepang mencatatkan penurunan penjualan.
Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang dikutip Mobilitas di Jakarta, Kamis (21/12/2023) di tengah loyonya pasar kendaraan niaga itu, ternyata Mitsubishi Fuso masih bercokol di urutan pertama di daftar penjualan alias juara. Merek berlambang tiga berlian ini menyerok angka penjualan ke konsumen (penjualan ritel) sebanyak 30.207 unit, melorot 12,2 persen dibanding periode sama di 2022.
Pada saat yang sama, sekondan Fuso sesama asal Jepang yakni Isuzu Motor meraup angka penjualan ritel sebanyak 28.797 unit. Jumlah itu merosot 4,2 persen.
Kemudian Hino yang diageni PT Hino Motor Sales Indonesia (HMSI)mengantongi angka penjualan ritel sebanyak 25.141 unit. Jumlah tersebut menyusut 5,4 persen.
Sementara, pabrikan asal Saitama Jepang, yaitu UD Trucks yang diageni oleh PT Astra UD Trucks di sebelas bulan pertama 2023 itu mencatatkan penjualan ritel sebanyak 1.715 unit. Jumlah ini melorot 5,4 persen dibanding kurun waktu yang sama pada 2022.
Meski begitu, ada dua pabrikan kendaraan komersial di Tanah Air yang masih membukukan kenaikan penjualan. Pertama, pabrikan asal Swedia – Scania – yang berhasil mengoleksi angka penjualan sebanyak 686 unit, meroket 234,6 persen.
Kedua, FAW yang menjual kendaraannya sebanyak 583 unit. Jumlah penjualan yang berhasil dibukukan pabrikan asal Cina itumeroket 225,7 persen dibanding periode sama di tahun lalu.
Ihwal merosotnya penjualan kendaraan komersial khususnya truk di Indonesia itu, Ketua I Gaikindo Jongkie Sugiarto yang dihubungi Mobilitas di Jakarta, Kamis (21/12/2023) menyebut hal itu dikarenakan kondisi ekonomi nasional yang mengalami tekanan. Harga komoditas (hasil pertambangan dan perkebunan) yang harganya fluktuatif (mengalami volatilitas tinggi) di pasar global menjadi penyebabnya.
“Karena bagaimana pun permintaan kendaraan niaga itu sangat tergantung kondisi perekonomian. Dan sangat sensitif, jika kondisi ekonomi mengalami gejolak dan kondisi bisnis dinamikanya tidak bagus maka permintaan akan turun, dan sebaliknya,” papar Jongkie.
Terlebih sejak kuartal ketiga kondisi sosial dan politik di Tanah Air menjelang Pemilihan Umum juga menjadi pertimbangan tersendiri bagi kalangan pelaku usaha. Sehingga, langkah untuk ekspansi bisnis pun direm. (Jap/Aa)