Jakarta, Mobilitas – Padahal, dalam cetak biru perjalanan menuju netralitas karbon, pemerintah Jepang menargetkan populasi mobil listrik berbahan bakar sel hidrogen mencapai 800.000 unit di tahun 2030.
Namun, faktanya penjualan mobil hidrogen di Negeri Matahari Terbit justeru meredup. Data Asosiasi Diler Mobil Jepang (JADA) yang dikutip Mobilitas di Jakarta, Kamis (1/2/2024) menunjukkan penjualan mobil hidrogen selama periode tahun 2021 hingga 2023 ambrol.
Jika di tahun 2021 masih sebanyak 2.464 unit, pada tahun berikutnya atau tahun 2022 ternyata anjlok 65 persen, dengan total 848 unit. Bahkan di tahun 2023 kembali ambrol, karena jumlah mobil yang terjual hanya 422 unit.
Artinya dari 2021 hingga 2023 penjualan mobil hidrogen di negara itu ambyar, ambrol hampir 83 persen. Mobil hdrogen yang dijajakan di Jepang antara lain Toyota Mirai, Honda Clarity (hanya 2021 – 2022, karena setelahnya penjualan dihentikan), kemudian sejumlah mobil hidrogen impor khususnya dari Korea yakni Hyundai Nexo.
Fakta menarik lain dari penjualan mobil listrik di negara yang merupakan “gudangnya” pabrikan mobil top dunia itu adalah, justeru menanjaknya penjualan mobil listrik baterai. Data JADA berbicara, pada tahun 2021 mobil listrik baterai (BEV) masih terjual sebanyak 20.008 unit.
Tetapi di tahun 2022 telah meningkat menjadi 31.592 unit, bahkan pada tahun 2023 meningkat lagi menjadi 43.991 unit. Artinya, dari tahun 2021 hingga 2023 penjualan mobil listrik baterai meningkat dua kali lipat lebih.
Sekadar informasi, seperti dilaporkan Bloomberg, pada 23 Januari 2024 lalu, Chairman Toyota Motor Corporation, Akio Toyoda, menyebut penjualan mobil listrik baterai (BEV) di dunia tak akan lebih dari 30 persen dari total jumlah mobil yang terjual. Menurutnya, sebesar apapun tingkat kemajuan BEV tetap tidak mampu mengalahkan penjualan mobil elektrfikasi lainnya.
“Kendaraan hybrid, kendaraan listrik berbahan bakar hidrogen, dan mesin pembakaran tetap akan menguasai 70 persen pasar otomotif dunia,” ujar cucu pendiri Toyota itu.(Jrr/Aa)