Bisnis

Harga Beras dan Rokok Naik, Penjualan Sepeda Motor di Januari – Februari Tercekik

×

Harga Beras dan Rokok Naik, Penjualan Sepeda Motor di Januari – Februari Tercekik

Share this article
Ilystrasi, New Honda Scoopy - dok.AHM

Jakarta, Mobilitas – Terlebih pada saat yang sama, lembaga pembiayaan kredit (leasing) juga lebih selektif dalam melihat profil calon nasabah demi menghindarkan potensi risiko kredit macet.

Data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) yang dikutip Mobilitas di Jakarta, Sabtu (16/3/2024) menunjukkan selama Januari – Februari 2024 total angka penjualan yang dibukukan semua pabrikan atau merek motor hanya sebanyak 1.151.343 unit. Jumlah ini dibukukan pada Januari sebanyak 592.658 unit, dan Februari sebanyak 558.685 unit.

Total jumlah penjualan selama dua bulan pertama 2024 itu, merosot dibanding periode sama di tahun 2023 yang masih sebanyak 1.190.918 unit. Jumlah ini dibukukan pada Januari sebanyak 615.416 unit dan Februari sebanyak 575.502 unit.

Ilustrasi, beras – dok.Istimewa

Artinya, jika dibanding dua bulan perdana 2023, total penjualan selama Januari – Februari tahun ini berkurang atau merosot 39.575 unit. Penurunan penjualan pada Januari – Februari tahun ini, disebut Ketua Bidang Komersial AISI, Sigit Kumala, dikarenakan perubahan skala prioritas konsumen dalam membelanjakan uang, yaitu lebih ke bahan pangan.

“Mengapa demikian? Karena mulai awal tahun sampai akhir Februari harga beras meningkat tinggi, bahkan data terakhir kenaikan harga beras mencapai 540 persen,” papar Sigit saat dihubungi Mobilitas di Jakarta, Sabtu (16/3/2024).

Selain itu, mulai 1 Januari 2024 berdasar Peraturan Menteri Keuangan 191 Tahun 2022, besaran tarif cukai rokok juga naik 10 persen, akibatnya harga eceran rokok juga naik. Sementara, calon konsumen pembeli sepeda motor di Indonesia sebagain besar merupakan perokok.

Yamaha Fazzio – dok.Istimewa

Kondisi pasar sepeda motor semakin tercekik, karena lembaga pembiayaan kredit (leasing) juga memperketat penyaluran kredit karena untuk menekan potensi risiko kredit macet di tengah perekonomian nasional yang masih berisiko.

Terlebih, sebut Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno, yang dihubungi Mobilitas di Jakarta, Sabtu (16/3/2024) di awal tahun, perhelatan politik Pemilihan Umum (Pemilu) juga menjadikan pemberi kredit juga berhat-hati.

“Secara umum, banyak perusahaan pembiayaan lebih mengutamakan nasabah yang sebelumnya mereka biayai kreditnya dan memiliki kinerja pembayaran sangat baik dan baik. Ini untuk menghindarkan risiko. Mudah-mudahan setelah kuartal pertama, kondisinya menjadi lebih baik,” kata Suwandi. (Eri/Aa)