Jakarta, Mobilitas – Gandini wafat di usia 85 tahun di kampung halamannya, Rivoli, Italia, pada 13 Maret 2024.
Laporan berbagai media kondang dunia, termasuk The Guardian dan CNN, yang dikutip Mobilitas di Jakarta, Senin (18/3/2024) desainer mobil kondang kelahiran 26 Agustus 1938 itu wafat karena usia tua.
“Gandini meninggal dunia dengan tenang karena usia. Dia meninggalkan bukan hanya karya, tetapi juga ilmu bagaimana brekreasi dan berinovasi dengan totalitas beragam sudut pandang dan ilmu. Dia mampu memadukan antara estetika, matematika, dan unsur sosial dalam karyanya sebagai seorang desainer mobil dengan cita rasa seni yang tinggi,” tulis La Repubblica.
Bagi para penggemar mobil-mobil legendaris nan eksotik dari berbagai merek besutan beragam pabrikan, nama Gandini bukanlah nama yang asing. Maklum sejumlah mobil ikonik mulai dari Lamborghini Miura, Alfa Romeo 33 Carabo, dan Bugatti EB 110.
Selain itu BMW 5 Series, Citroen BX, Ferrari Rainbow, Fiat 132, Jaguar Ascott, Maserati Quattroporte, Nissan AP-X, serta Volvo Tundra adalah buah karyanya. Bahkan, TaMo Recomo.
Tak hanya itu. Gandini juga dikenal sebagai desainer dari truk Renault Magnum, dan beberapa helikopter. Dilahirkan oleh pasangan Marco Gandini, seorang konduktor okestra, sedangkan ibunya seorang pembuat kue, Gandini sejak kecil sangat tertarik pada mekanik, mesin, dan teknologi.
Sejak usia remaja Gandini telah buku-buku teknik dan desain – khususnya mesin endotermik – karya Dante Giacosa, tanpa sepengetahuan orang tuanya. Dari kegemaran membaca dan menggambar itulah, Gandini menjadi sosok yang luar biasa dalam mendesain mobil.
“Imajinasinya dalam membuat rancangan tampilan mobil baik di eksterior maupun interior telah melampaui bayangan orang-orang pada zamannya. Bahkan melebihi dari kemajuan teknologi di zamannya,” tulis The Art & Design Boom.
Kini, sosok yang di kalangan desainer mobil di kenal perfesksionis itu telah meninggalkan ilmu dan gaya mendesain kepada para desainer muda. Sekelompok desainer mobil geberasi muda di Italia, Jerman, dan Prancis bahkan membuat grup yang mengakui Gandini sebagai panutan mereka. (Aa/Berbagai sumber)