Jakarta, Mobilitas – Hasil survei yang dilakukan Badan Kebijakan Transportasi (BKT) Kementerian Perhubungan menunjukkan ada lonjakan yang signifikan pemudik dengan bus di Lebaran 2024 ini.
Data BKT yang dikutip Mobilitas di Jakarta, Minggu (24/3/2024) menunjukkan sepanjang tahun 2023 lalu jumlah pemudik yang menggunakan moda transportasi bus sebanyak 22,77 juta orang. Sedangkan pada tahun ini calon pemudik yang menyatakan berminat menggunakan bus 37,61 juta orang.
Terlebih di saat yang sama, 35,42 juta orang akan menggunakan mobil pribadi, dan 31,12 juta orang menggunakan sepeda motor. Sehingga, kepadatan lalu-lintas di jalan pun tidak terhindarkan.
Wakil Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno yang dihubungi Mobilitas dari Jakarta, belum lama ini, mengatakan fakta seperti itu, lanjut Djoko, menimbulkan berbagai konsekwensi. Pertama, lalu-lintas di jalan bakal padat sehingga diperlukan pengaturan atau rekayasa lalu-lintas.
Kedua, kemungkinan terjadinya keterlambatan perjalanan pun akan terjadi seiring adanya rekayasa lalu-lintas tersebut, misalnya pemberlakuan sistem one way atau sistem plat ganjil-genap.
Dan keterlambatan perjalanan ini, sebut Djoko, sangat berpotensi terjadi pada angkutan bus. Pengalaman tahun 2023 lalu menunjukkan hal itu, penumpang di Terminal Pulo Gebang, menunggu 6 jam bus penjemputan dari Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur karena bus harus menunggu giliran jalan karena diberlakukan sistem one way.
“Oleh karena itu di tahun ini rekayasa lalu-lintas yang diberlakukan sebaiknya contra flow saja, sehingga bus tetap bisa jalan,” papar Djoko.
Konsekwensi ketiga dari lonjakan peminat bus adalah kebutuhan armada bus yang lebih banyak, sehingga Perusahaan Otobus (PO) harus mempersiapkan kelayakan bus.
“Jangan sampai bus-bus yang dalam hari-hari biasa tidak digunakan atau bahkan tidak pernah dipakai, kemudian dioperasikan lagi karena adanya lonjakan penumpang. Ini harus diperhatikan,” kata Direktur Sarana Transportasi Jalan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Kementerian Perhubungan, Danto Restyawan yang dihubungi Mobilitas di Jakarta, Jumat (22/3/2024).
Danto menegaskan pihaknya saat ini terus mencermati kemungkinan penggunaan unit bus yang tak layak jalan itu. Caranya, secara intensif menggelar pengecekan secara acak (ramp check) bus-bus yang dioperasikan.
“Kami akan menahan bus yang tidak layak agar tidak dioperasikan sampai dilakukan perbaikan. Kepada masyarakat juga kami himbau agar melaporkan ke petugas jika menemukan bus yang tak layak jalan,” kata Danto.
Selain itu, Kemenhub juga akan melakukan koordinasi dengan berbagai pihak termasuk kepolisian dalam melakukan rekayasa lalu-lintas untuk fleksibel. Jika ternyata arus lalu-lintas memungkinkan penerapan sistem contra flow, maka diminta contra flow saja.
“Sehingga kedatangan bus-bus tidak terlambat di terminal untuk menjemput penumpang,” tandas Danto. (Jap/Aa)