Bisnis

Thailand Jadi Produsen Mobil Terbesar di ASEAN Ungguli RI, Ini Penyebabnya

×

Thailand Jadi Produsen Mobil Terbesar di ASEAN Ungguli RI, Ini Penyebabnya

Share this article
Ilustrasi, proses produksi mobil di Thailand - dok.Istimewa via Global Times

Jakarta, Mobilitas – Banyaknya produk mobil yang diekspor Thailand mempengaruhi jumlah mobil yang diproduksi di Negeri Gajah Putih tersebut.

Data Thailand Automotive Industries Association (TAIA) yang dikutip Mobilitas di Jakarta, Senin (8/4/2024) menunjukkan sepanjang tahun 2023 lalu, Thailand mengekspor 1.112.076 mobil ke berbagai negara. Jumlah tersebut menanjak 11,7 persen dibanding tahun 2022.

Dari total mobil yang diekspor negara yang juga berjuluk Siam ini, 1,1 juta unit merupakan mobil konvebsional bermesin pembakaran internal. Sisanya mobil listrik baterai.
Pada saat yang sama, mobil yang diproduksi Thailand mencapai 1.832.111 unit. “Dengan jumlah ini, Thailand menjadi pemimpin dalam produksi mobil di Asia Tenggara. Thailand juga menjadi produsen mobil teresar ke-10 di dunia,” bunyi keterangan TAIA.

TAIA juga menyebut, Thailad memiliki kapasitas produksi mobil sebanyak 1,8 – 1,9 juta unit oer tahun. Jumlah itu jauh di atas kapasitas produksi mobil Indonesia yang sebanyak 1,2 – 1,3 juta unit, dan Malaysia yang hanya 700.000 unit.

Ihwal kapasitas produksi mobil Indonesia, Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie Sugiarto menyebut, dari kapasitas produksi yang ada (1,2 – 1,3 juta unit per tahun), yang terpakai baru 1 – 1,1 juta unit.

Ilustrasi, proses produksi Toyota Yaris Cross di pabrik PT TMMIN – dok.TMMIN

“Mengapa kita baru manfaatkan segitu? Karena dari sisi pasar dalam negeri kita memang masih segitu, penjualan mobil kita di dalam negeri baru sampai 1 juta unit. Sedangkan ekspor, kita baru mencapai 350.000 – 400.000 unit,” kata Jongkie saat dihubungi Mobilitas di Jakarta, Senin (8/4/2024).

Soal perluasan atau pertambahan volume pasar yang terlihat dari jumlah penjualan, sangat tergantung pada tingkat pendapatan kelas menengah di Indonesia. Padahal, kata dia, Indonesia saat ini mengalami fenomena middle income trap, yakni mandeknya tingkat pendapatan kelas menengah pada besaran tertentu.

“Sedangkan untuk ekspor sangat tergantung kebijakan dan strategi prinsipal. Apakah prinsipal setuju menjadikan merek atau anak industrinya di Indonesia memproduksi mobil ekspor atau tidak, sangat menentukan,” tandas Jongkie.

Sementara, saat ini Thailand sangat gencar melakukan ekspor. Selain itu, banyak pabrikan menjadikan negara itu sebagai basis produksi mobilnya yang ditujukan untuk pasar global alias pasar ekspor. (Udi/Aa)