Jakarta, Mobilitas – Seperti halnya yang dialami bus dan truk, fenomena rem blong yang dialami mobil bertransmisi otomatis (mobil matic) juga marak terjadi.
Meski, dari catatan kasus kecelakaan kendaraan bermotor di Indonesia, kecelakaan mobil matic akibat fenomena rem blong tidak sebanyak truk maupun bus. Meski begitu, peristiwa mobil matic mengalami rem blong kerap terjadi.
Lantas apa yang menyebabkan mobil matic mengalami rem blong? Investigator Senior Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Ahmad Wildan saat dihubungi Mobilitas di Jakarta, Juma (31/5/2024) mengatakan rem blong terjadi selain karena keausan komponennya, juga karena cara mengoperasikannya yang tidak tepat.
“Cara mengoperasikan yang salah adalah pengemudi yang terus menerus melakukan pengereman saat melintasi turunan tajam yang panjang atau tanjakan ekstrim. Akibatnya komponen rem khususnya piringan cakram memanas dan memuai. Fenomena ini disebut brake fading,” kata Wildan.
Akibat kondisi itu, rem tidak berfungsi dengan baik atau bahkan gagal berfungsi. Dengan kata lain rem blong.
Sejatinya, kondisi seperti itu dihindari jika pengemudi tidak hanya mengandalkan perangkat rem saja. Misalnya dengan melakukan engine brake yaitu memindahkan posisi gigi ke tingkat yang lebih rendah.
“Bahkan bisa menggunakan hand brake (rem tangan). Tetapi itu tidak dilakukan, mungkin pengemudi gugup sehingga tidak sempat berpikir seperti itu. Atau memang tidak paham. Celakanya, pengemudi juga tidak terampil dalam menyikapi kondisi rem blong. Padahal, kondisi seperti itu bisa diasati,” ujar Wildan.
Namun, jika telah mengalami rem blong dan tidak bisa dihindarkan, pengemudi diminta untuk tidak panik. Mereka bisa melakukan beberapa langkah.
Pertama, lakukan memompa rem dengan beberapa kali injak-lepas pedal rem. Kedua, lepas injakan pedal gas dan coba secara perlahan-lahan injak pedal rem. Jika laju mobil berhasil melambat alias rem sedikit berhasil mengerem, turunkan posisi gigi ke tingkat yang lebih rendah.
Pastikan, laju mobil berhasil diperlambat sebelum memindah posisi gigi ke tingkat yang lebih rendah. Hal ini dimaksudkan agar komponen transmisi tidak rusak, selain agar mobil tidak mengalami hentakan hebat yang bisa menjadikannya tergelincir.
Ketiga, setelah berhasil melakukan pengereman seperti itu, sesegera mungkin memberi insyarat ke kendaraan lain – baik yang berada di belakang maupun depan – bahwa Anda dalam kondisi darurat dan ingin menepi.
“Jika sudah berhasil, cari tempat lapan atau aman untuk menepi dan istirahatkan mobil hingga perangkat pengereman dingin,” tandas Wildan. (Fat/Aa)