Jakarta, Mobilitas – Minat masyarakat Negeri Gajah Putih terhadap mobil listrik murni (BEV) yang menurun dalam setahun terakhir itu, terungkap dari hasil survei yang dilakukan perusahaan konsultan multinasional Deloitte Touche Tohmatsu Limited (Deloitte).
Keterangan hasil survei Deloitte bertajuk Deloitte 2024 Global Automotive Consumer Study yang dikutip Mobilitas di Jakarta, Jumat (28/6/2024) menyebut Deloitte telah melakukan survei terhadap 27.000 konsumen mobil dari 26 negara. Survei itu dilakukan perusahaan konsultan asal London, Inggris, itu pada September – Oktober 2023.
Di Asia Tenggara, Delotte mensurvei 5.939 responden, dimana 1.000 orang responden berada di Thailand. Dan khusus di Thailand itu, Deloitte kembali melakukan survei tambahan pada bulan April 2024 dengan mewawancarai 330 responden.
Hasil survei di Thailand memperlihatkan minat orang yang disurvei untuk membeli BEV hanya 20 persen. Besaran minat ini menyusut dibanding tahun 2023 yang mencapai 31 persen.
“Pada saat yang sama minat untuk membeli mobil berteknologi hybrid justru meningkat. Kendaraan listrik hybrid (HEV) muncul menjadi pesaing kuat, hampir setara dengan BEV. Minat pilihan ke hybrid menjadi 19 persen, melejit dibanding tahun lalu yang masih 10 persen,” bunyi keterangan perusahaan konsultan yang berdiri sejak tahun 1845 tersebut.
Alasan menurunnya minat masyarakat negara yang kerap disebut dengan Siam itu untuk membeli BEV dikarenakan ada beberapa alasan. Namun yang utama adalah kekhawatiran terhadap ketersediaan stasiun pengisian daya baterai yang diungkap olh 46 persen.
Selain itu, faktor daya jangkau mobil saat digunakan. Meski hal ini juga tergantung pada tipe atau varian baterai yang digunakan, namun bagi sebagian responden sulit untuk mendapatkan jaminan tempat pengisian daya yang cepat di area-adrea yang dekat dengan domisili mereka.
Sementara, responden yang berminat membeli HEV beralasan minat mereka didasari pemikiran HEV lebih hemat bahan bakar. Alasan ini dilontarkan 73 persen responden, kemudian 68 persen menyebut HEV memiliki jangkauan yang lebih jauh ketimbang BEV, dan 37 persen beralasan demi mengurangi polusi debu, asap, serta gas rumah kaca.
Menariknya, dari responden yang disurvei juga tidak sedikit yang tetap berminat membeli mobil konvensional atau bermesin pembakaran internal (ICE). Dari jumlah reszponden yang memilih ICE ini, 78 persen berasalan karena dengan ICE tidak perlu was-was soal daya jangku mobil dan lebih mudah mengisi bahan bakar.
Kemudian 67 persen beralasan karena tidak ingin terbebani biaya tak terduga jika menggunakan BEV, misalnya untuk perbaikan baterai dan lainnya. Kemudian 52 persen responden menyebut perawatan mobil ICE lebih fleksibel dan bisa disesuaikan dengan isi kantong.(Tan/Aa)
Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id