Belajar dari Subaru dan Suzuki, Nissan di Thailand Lebih Fokus Bikin Mobil Hybrid

Nissan Kicks e-Power di GIIAS 2024 - dok.Mobilitas

Bangkok, Mobilitas – Seperti diketahui pada Juni 2024 Subaru dan Suzuki Motor Thailand (SMT) telah menyatakan akan menutup pabrik mereka di Thailand.

Laporan lembaga riset Krungthai Compass yang dirilis Khaosod dan dikutip Mobilitas di Jakarta, Selasa (6/8/2024) menyebut, Subaru akan menutup pabriknya pada akhir tahun 2024. Sedangkan Suzuki (SMT) pada akhir tahun 2025 nanti.

“Alasan keputusan keduanya untuk menutup pabrik karena menurunnnya penjualan dan pangsa pasar mereka karena konsumen Thailand kurang tertarik lagi ke mobil bermesin pembakaran internal (ICE). Sejalan dengan itu, keduanya mengalami kerugian. Sepanjang tahun 2019 – 2023 kedunya membukukan rugi bersih (gabungan keduanya) hingga 3,781 miliar baht,” tulis lembaga riset itu.

Kehadiran pabrikan mobil listrik (dan termasuk yang menaawarkan kendaraan berteknologi hybrid) dari Republik Rakyat Cina (Cina) semakin menyulitkan pabrikan asal Jepang itu. Terlebih, pabrikan asal Negeri Tirai Bambu itu menawarkan harga lebih murah dan sekaligus membangun pabrik di Thailand, sejalan dengan kebijakan transisi ke mobil listrik yang digaungkan pemerintah.

Namun, ternyata dampak tak baik transisi elektrifikasi itu disadari pemerintah Negeri Gajah Putih itu. Melalui Dewan Investasi Thailand (BOI), Thailand akan memberikan insentif kepada produsen mobil yang menggarap kendaraan hybrid.

Keterangan BOI dalam laman resminya yang dikutip Mobilitas di Jakarta, Sabtu (3/8/2024) menyatakan insentif itu berupa pemangkasan besaran tarif non pajak maupun pajak. Hal itu dilakukan untuk menarik lebih banyak produsen mobil untuk memproduksi kendaraan hybrid di Negeri Gajah putih tersebut.

Teknologi Nissan e-Power saat dipamerkan di GIIAS 2024 – dok.Mobilitas

“Sebab, kami menilai teknologi hybrid merupakan teknologi penting dalam proses transisi menuju ke kendaraan listrik (murni atau BEV). Sehingga, dengan memberikan teknologi ini dikembangkan sesuai kebutuhan maupun kemampuan masyarakat, maka proses transisisi ke kendaraan listrik (BEV) juga akan semakin bagus,” papar Sekretaris Jenderal BOI, Narit Therdsteerasukdi.

Melihat fakta ini, Nissan Motor Company (Nissan) di Thailand tak ingin menyia-nyiakan peluang. Seperti dilaporkan The Bangkok Post, Selasa (6/8/2024) Presiden Nissan Motor Thailand, Toshihiro Fujiki, menyatakan pabrikannya akan fokus memproduksi mobil hybrid di Thailand.

“Kami akan meluncurkan lima model mobil (hybrid baru) antara tahun 2025 hingga tahun 2027 dan sedang mempertimbangkan model mana yang akan diproduksi di Thailand,” kata Toshihiro.

Meski tak menyebut nilai investasi yang bakal digelontorkan untuk memprodyuksi mobil hybrid itu, namun Toshihiro menyatakan nilainya di atas 3 miliar baht. Sedangkan BOI menyatakan jika Nissan menjalankan kebijakan itu akan mendapatkan insentif potongan cukai dan pajak. (Jrr/Aa)