Buntut Terbakarnya Mobil Listrik di Incheon, Tantangan BYD Garap Pasar Korea Makin Berat

Ilustrasi, Build Your Dreams - dok.Mobilitas

Seoul, Mobilitas – Pabrikan mobil listrik asal Shenzhen, Republik Rakyat Cina (Cina), Build Your Dreams (BYD) berencana menggelontorkan model BYD Seal dan BYD Dolphin semester kedua 2024 dan semester pertama 2025.

Laporan laman Business Korea yang dikutip Mobilitas di Jakarta, Jumat (16/8/2024) menyebut BYD menyodorkan dua model mobilnya itu dengan harga yang kompetitif.

“Keduanya diperkirakan berbanderol di bawah 55 juta won (atau di bawah Rp 580 juta, kurs 1 won = rp 11,60), sehingga memenuhi syarat untuk mendapatkan subsidi pembelian secara penuh dari pemerintah. Harga BYD Seal diduga di kisaran 40 juta won (atau sekitar Rp 464 juta) dan BYD Dolphin 20 juta won (sekitar Rp 232 juta,” tulis media itu mengutip informan industri di Asosiasi Pabrikan Mobil Korea (KAMA).

Namun, langkah pabrikan mobil listrik yang didirikan oleh Wang Chuanfu itu untuk menerobos pasar Korea Selatan dinilai kini tak bakal semulus yang dibayangkan semula. Terutama untuk menggaet minat konsumen Korea yang dikenal sebagai negara dengan pabrikan mobil yang berkredibilitas tinggi seperti Hyundai dan Kia.

“Langkah ini dilakukan di tengah meningkatnya masalah keamanan menyusul insiden kebakaran mobil listrik baru-baru ini (1 Agustus 2024 lalu) di sebuah apartemen di Incheon. Kini BYD telah mengajukan sertifikasi emisi dan kebisingan dari Kementerian Lingkungan Hidup untuk Seal dan Dolphin,” tulis Busines Korea.

Terlebih, dari penyelidikan aparat berwenang menunjukkan ternyata baterai yang digunakan mobil yang terbakar (Mercedes-Benz EQS) itu dipastikan sel baterai buatan pabrikan asal Cina, yakni Farasis Energy. Insiden itu, sontak meningkatkan kecemasan publik.

Ilustrasi, BYD Dolphin – dok.Mobilitas

Terbukti, hasil survei yang dilakukan oleh firma riset otomotif Consumer Insight menyebut 51 persen pemilik mobil listrik yang tinggal di apartemen mencemaskan tentang terjadinya potensi kebakaran. Kemudian, 38 mengaku khawatir tentang ketidakpercayaan terhadap kualitas dan keamanan kendaraan listrik, dan 60 persen menyatakan khawatir tentang tanggung jawab atas kecelakaan kebakaran.

BYD Korea langsung kekhawatiran tersebut dan menekankan bahwa baterai di kendaraan listriknya merupakan baterai jenis LFP (lithium iron phosphate), yang lebih aman. Setidaknya jika dibanding baterai terner NCM (nickel cobalt manganese) yang digunakan mobil yang terbakar di sebuah apartemen di Incheon itu.

“Meskipun ada jaminan ini, BYD menghadapi perjuangan berat dalam meyakinkan konsumen Korea Selatan tentang keselamatan dan keandalan kendaraannya,” tandas seorang analis industri di bursa saham Korea (KSE) Youn Jae-suk yang dkutip The Korea Business Daily.

Sang analis menyebut pasar Korea, terutama mobil listrik, jauh lebih rigid dibanding Jepang. Selain regulasi dari pemerintah yang notabene lebih mendengar kepentingan pabrikan lokal, di Korea juga telah ada mobil listrik lokal buatan Hyundai dan Kia.

“Produk Korea juga telah mendunia, bahkan telah dengan sangat baik diterima pasar Eropa dan Amerika, maupun negara-negara di Asia. Jadi tantangan BYD tidaklah mudah di Korea, tidak semudah di negara lain,” tandas Jae-suk. (Tan/Aa)