Penjualan LCGC Calya dan Sigra Cs di Januari – Juli Merosot, Ini Faktor Penyebabnya

Daihatsu Sigra yang dipamerkan di hajatan GIIAS 2024 - dok.Mobilitas

Jakarta, Mobilitas – Meski total penjualannya merosot, namun kontribusi mobil ramah lingkungan berharga terjangkau (LCGC) ini masih tetap di atas 20 persen ke total penjualan mobil secara nasional.

Data Gabungan Industri Kendaraan bermotor Indonesia (Gaikindo) yang dikutip Mobilitas di Jakarta, Jumat (30/8/2024) menunjukkan, sepanjang Januari – Juli tahun ini jumlah mobil LCGC yang terjual dari pabrik ke dealer (wholesales) sebanyak 104.452 unit. Jumlah ini anjlok 13,31 persen dibanding periode sama di tahun lalu, yang sebanyak 120.511 unit.

Sementara, di saat yang sama, jumlah LCGC yang terjual dari dealer ke konsumen (penjualan ritel) sebanyak 105.652 unit. Jumlah ini merosot 9 persen dibanding penjualan ritel yang dibukukannya pada Januari – Juli 2023.

“Faktor daya beli konsumen di segmen pasar LCGC yang melemah menjadi penyebabnya. Karena pihak leasing (perusahaan pembiayaan) juga selektif dalam menyetujui permohonan kredit. Itu bisa dimengerti, ya mungkin bagi mereka itu salah satu cara menghindarkan dari risiko (kredit macet). Jadi itu penyebabnya,” ungkap Ketua I Gaikindo, Jongkie Sugiarto, saat dihubungi Mobilitas di Jakarta, Jumat (30/8/2024).

Meski begitu, kata Jongkie, kontribusi LCGC terhadap total penjualan mobil nasional masih konsisten di angka 20 persen lebih. Terhadap wholesales mobil secara nasional, masih 22 persen dan terhadap penjualan ritel nasional masih 20,8 persen.

LCGC Toyota Agya dalam balutan gaya Gazoo Racing saat dipamerkan di GIIAS 2024 – dok.Mobilitas

Pernyataan senada diungkap Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira yang dihubungi Mobilitas di Jakarta, Jumat (30/8/2024). Menurutnya, konsumen pembeli LCGC sebagian besar merupakan kelompok kelas menengah ke bawah.

Dari konsumen pembeli mobil tersebut, banyak yang menggunakan mobil itu untuk berusaha atau mencari nafkah dengan menjadikannya sebagai armada taksi online.

“Nah, di kelompok kelas menengah yang merupakan first buyer mobil ini, sekarang ini daya belinya rendah. Pendapatan mereka tergerus oleh kebutuhan rumah tangga atau biaya hidup yang semakin mahal, sementara pendapatan tidak naik. Sehingga, wajar jika perusahaan pembiayaan juga selektif menyetujui permohonan pembiayaan kredit mereka,” ungkap Bhima.

Terlebih, saat ini potensi masyarakat kelompok menengah itu turun kelas dari kelas menengah menjadi masyarakat rentan miskin dan miskin juga besar. Hal itu dikarenakan selama ini mereka menggunakan sebagian tabungan mereka untuk biaya hidup.

“Atau sebagian dari mereka tidak lagi melakukan penyisihan pendapatan untuk ditabung. Penghasilan mereka habis untuk biaya hidup,” tandas Bhima. (Anp/Aa)