Potensi Kredit Macet Tinggi, Penjualan Mobil di Thailand Januari – Juli Ambyar

Isuzu D-Max Thailand yang juga diekspor ke Thailand - dok.Istimewa

Bangkok, Mobilitas – Fakta data memperlihatkan sepanjang Januari hingga Juli 2024 itu penjualan mobil di Negeri Gajah Putih itu ambrol 23,7 persen dibanding periode sama di tahun lalu.

Keterangan resmi Federasi Industri Thailand (FTI) kompartemen otomotif yang dikutip Mobilitas di Jakarta, Sabtu (31/8/2024) menyebut ambrolnya penjualan juga berdampak ke total produksi mobil. Data FTI memperlihatkan, jumlah mobil yang terjual selama tujuh bulan pertama 2024 itu, 354.421 unit, ambrol 23,7 persen dibanding Januari – Juli 2023.

Sementara, total mobil yang diproduksi sebanyak 886.069 unit (yang selain dijual di dalam negeri, juga diekspor ke berbagai negara). Jumlah produksi ini ambles 17,28 persen.

Ilustrasi, produksi mobil di Thailand – dok.Istimewa via DSF.my

“Penurunan penjualan di pasar domestik (Thailand) menjadi kontributor yang cukup signifikan dalam jumlah produksi. Penurunan penjualan yang terbesar terjadi di segmen mobil pickup. Hal ini dikarenakan persyaratan permohonan kredit ke bank yang semakin ketat,” papar Juru Bicara FTI Kompartemen Otomotif, Surapong Paisittanapong.

Surapong menjelaskan, bank dan lembagaya pembiayaan memperketat permohonan pembiayaan kredit karena tingginya utang rumah tangga di Thailand. Banyak masyarakat yang berhutang ke bank untuk kebutuhan konsumstif, sementara pendapatan tidak mengalami kenaikan atau bahkan menurun.

Fenomena itu terjadi karena melemahnya perekonomian nasional. Tingkat inflasi yang tinggi menjadikan biaya hidup sehari-hari juga meningkat. “Ini dinilai menjadikan potensi kredit macet tinggi, jika permohonan disetujui,” tandas Surapong. (Tan/Aa)