Jakarta, Mobilitas – Selama bulan September penjualan mobil – baik dari pabrik ke dealer (wholesales) maupun dari dealer ke konsumen (penjualan ritel) – menurun signifikan, baik dibanding September 2023 maupun Agustus 2024.
Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang dikutip Mobilitas di Jakarta, Selasa (8/10/2024) menunjukkan di bulan kesembilan itu, total wholesales (seluruh merek mobil) hanya sebanyak 72.667 unit. Jumlah ini terperosok alias menurun hingga 9,1 persen dibanding wholesales pada September 2023 yang sebanyak 79.919 unit.
Sedangkan dibanding Agustus 2024, wholesales pada September itu merosot 4,8 persen. Sebab, selama Agustus total angka wholesales masih sebanyak 76.304 unit.
Sementara, penjualan ritel selama September hanya 72.366 unit. Jumlah ini terperosok 10,6 persen dibanding penjualan ritel September tahun lalu, yang mencapai 80.984 unit.
Jika dibanding bulan sebelumnya (Agustus 2024), penjualan ritel itu juga terperosok cukup dalam. Karena total penjualan ritel di bulan Agustus mencapai 86.371 unit.
Akibatnya, total penjualan selama Januari – September tahun 2024 ini juga masih ambyar dibanding periode sama di tahun lalu. Fakta data berbicara, wholesales di periode itu hanya 633.218 unit, ambrol 16,2 persen dibanding tahun lalu yang sebanyak 755.778 unit.
Adapun total penjualan ritel yang tercetak hanya 657.223 unit, terperosok 11,9 persen dibandingsembilan pertama 2023, yang mencapai 746.246 unit.
“Banyak masyarakat yang menahan pembelian mobil (diduga karena faktor daya beli). Apalagi, leasing (perusahaan pembiayaan) juga semakin selektif (karena mempertimbangkan faktor risiko),” ungkap Ketua I Gaikindo, Jongkie Sugiarto yang dihubungi Mobilitas di Jakarta, Selasa (8/10/2024).
Pernyataan yang lebih lugas dilontarkan Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira Adhinegara, saat dihubungi Mobilitas di Jakarta, Selasa (8/10/2024).
“Faktor daya beli menjadi kunci. Saat ini daya beli kelas menengah masih melemah. Biaya hidup sehari-hari yang naik, tak diimbangi dengan naiknya pendapatan. Kelas menengah mengurangi konsumsi, apalagi untuk konsumsi barang sekunder atau tersier seperti mobil,” tandas Bhima.
Menuriut Bhima, dalam empat atau bahkan lima bulan terakhir terjadi deflasi. “Deflasi adalah fenomena harga barang turun, karena jumlah uang beredar di masyarakat juga turun. Dengan kata lain, jumlah orang membelanjakan uangnya semakin sedikit,” tandas Bhima. (Anp/Jap/Aa)
Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id