Akio Toyoda: Adopsi Mobil Listrik Secara Total Bisa PHK 5,5 Juta Pekerja

Akio Toyoda - dok.The CEO Publication

Nagoya, Mobilitas – Oleh karena itu, Toyota lebih memilih strategi multi pathways dalam mewujudkan emisi nol karbon di dunia. Caranya, dengan menyuguhkan mobil listrik baterai (BEV), hybrid, mobil listrik hidrogen, dan teknologi lainnya.

Laporan Reuters yang dikutip Mobilitas di Jakarta, Jumat (11/10/2024) menyebut cicu pendiri Toyota Motor itu mengungkapkan pernyataan itu saat menghadiri peresmian keberadaan patung ayahnya – Shoiciro Toyoda – di Universitas Nagoya, Jepang, Rabu (9/10/2024).

Akio menegaskan jika pemerintah Jepang tetap bersikers untuk beralih ke mobil listrik murni (BEV) dan tak memproduksi mobil lainnya, akan berdampak hilangnya pekerjaan.

Menurut dia, damnpak itu tak hanya dialami para pekerja (buruh di pabrik mobil) saja, tetapi juga mereka yang bekerja di pabrik mesin. Bahkan para pemasok (suku cadang) pun juga akan hilang.

Akio Toyoda – dok.Istimewa

“Ada 5,5 juta orang yang bekerja di industri otomotif di Jepang. Diantara mereka bahkan ada yang telah lama bekerja di bidang yang terkait dengan produksi mesin. Jika kendaraan listrik (baterai atau BEV) menjadi satu-satunya pilihan, termasuk para pemasok kami dan pekerjaan orang-orang itu (pekerja) akan hilang,” tandas pria kelahiran Nagoya, 3 Mei 1956 itu.

Pernyataan keras Akio Toyoda terhahap kebijakan yang ingin mewujudkan mobil listrik baterai sebagai satu-satunya sarana transportasi masyarakat ini, bukanlah kali pertama. Laporan The Wall Street Journal yang dikutip Mobilitas menyebut di penghujung tahun 2020 lalu, alumni Universitas Keio Jepang itu telah melontarkan kritik pedas.

Dia menyebut rencana kebijakan Perdana Menteri (saat itu) Yoshihide Suga yang mematok target tahun 2035 menghapus produksi dan penggunaan mobil bermesin konvensional di Jepang sebagai bencana. Bukan hanya bagi industri otomotif tetapi ekonomi nasional.

Terlebih, lanjut Akio, untuk penggunaan mobil setrum murni juga membutuhkan biaya pembangunan infrastruktur yang tidak murah. Dibutuhkan anggaran sekitar 14 triliun yen hingga 37 triliun yen untuk pembangunan infrastruktur itu. (Din/Aa)

 

Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id