Jakarta, Mobilitas – Seiring dengan pertambahan jumlah sepeda motor listrik di Indonesia, keberadaan infrastruktur pendukung yakni pengisian daya baterai – baik Stasiun Pengisian Daya Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) maupun tempat penukaran baterai atau swap station – sangat dibutuhkan.
“Karena kalau proses pengisian daya yang membutuhkn waktu lama, ornag kan membnadingkan dengan sepeda motor konvensional yang proses pengisian bahan bakar di SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) lebih cepat. Meski itu juga tergantung situasi antrean. Oleh karena itu semakin banyak SPKLU dan Battery Swap Station akan membuat orang tertarik dengan kendaraan listrik,” ungkap Ketua Umum Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia (Aismoli) Budi Setyadi, saat dihubungi Mobilitas di Jakarta, Rabu (18/12/2024).
Kini, penyediaan SPKLU dan Battery Swap Station itu menjadi tantangan bagi pemerintah maupun industri sepeda motor listrik karena saat ini sudah mulai tumbuh kepercayaan konsumen terkait keuntungan menggunakan kendaraan listrik itu. Mereka, lanjut Budi, sudah percaya bahwa dari sisi biaya untuk energi maupun biaya kepemilikan kendaraan listrik terbukti lebih murah.
“Kepercayaan masyarakat juga tinggi ketika membuktikan sendiri betap mudah dan cepatnya proses penukaran baterai, hanya butuh waktu dua menit. Dengan kemudahan itu bisa menjdi pemicu minat orang beralih ke motor listrik. OLeh karena itu, tantangannya bagaimana memperbanyak fasiltas itu,” papar Budi.
Tantangan itu muncul karena saat ini populasi sepeda motor listrik terus naik. Data Kementerian Perhubungan menyebut, hingga November 2024 jumlah sepeda motor listrik yang ada di Indonesia telah mencapai 160.578 unit, jauh meningkat dibanding periode Januari – Oktober 2023, yang masih 74.988 unit. (Swe/Aa)