Jakarta, Mobilitas – Ukiran telapak ban berperan sangat penting dalam menopang keamanan dan kenyamanan berkendara. Karena dengan ukiran telapak yang masih bagus, maka daya cengkeram ban terhadap permukaan lintasan atau jalan yang dilalui juga tinggi, sehingga keamanan pun lebih terjamin.
Proses penipisan atau bahkan hilangnya ukiran di telapak ban – atau yang kerap disebut sebagai ban gundul – terjadi seiring dengan masa penggunaan kendaraan. Meski, tak jarang ditemukan, penipisan atau gundulnya ban sebuah kendaraan terjadi lebih cepat dari masa yang semestinya.
Menurut Service Advisor Victory Ban, Cipondoh Tangerang, Taufiki Hidayat, ada sejumlah perilaku dari pengguna kendaraan yang menyebabkan ukiran di telapak ban cepat alias atau tipis (gundul). Mulai dari tekanan angin ban hingga cara mengemudi kendaraan yang kerap tancap gas dan sering mengerem mendadak di kala kendaraan dalam kecepatan tinggi.
“Tetapi, faktor penyebab itu semua bisa dihindari. Kuncinya adalah rajin dan peduli terhadap kondisi kendaraan. Langkahnya pun mudah,” ujar pria yang akrab disapa Fiki itu saat ditemui di Tangerang, Senin (19/7/2021).
Langkah atau cara pencegahan itu adalah:
Pertama, memastikan tekanan angin ban mobil sesuai dengan rekomendasi dari pabrikan. Karena ban menopang beban (yakni bobot mobil plus barang maupun orang yang berada di dalamnya), maka tekanan beban terhadap ban akan menekan ban ke permukaan tanah semakin besar.
“Dalam kondisi seperti itu, maka ban akan seperti diseret di atas permukaan jalan ketika mobil melaju. Karena dalam kondisi seperti itu, maka gesekan antara karet ban dengan permukaan jalan juga semakin besar, sehingga ukiran ban pun akan cepat menipis. Selain memastikan tekanan angin ban, sebaiknya juga menghindarkan muatan yang melebihi kapasitas,” jelas Fiki.
Kedua, melakukan spooring roda mobil secara berkala. Sebab, dengan spooring maka kedudukan empat roda mobil diluruskan kembali seperti awal, sesuai dengan settingan pabrik.
Karena seiring dengan penggunaan mobil yang melibas berbagai karakter lintasan atau jalan, mulai dari yang rata, bergelombang, berlubang, bertanah, berkerikil, dan sebagainya, maka kedudukan empat rodanya bisa tidak lurus.
“Kondisi seperti itu bisa menyebabkan laju antara satu roda dengan lainnya tidak selaras atau sinkron. Sehingga ada roda yang seakan didorong, dan ada juga yang seakan terseret. Akibatnya, ukiran ban juga berpotensi cepat aus atau habis,” jelas Fiki.
Ketiga, merotasi posisi ban secara berkala. Caranya, ban bagian kanan depan dipindah ke bagian belakang sebelah kiri, dan ban depan bagian kiri dipindah ke belakang bagian kanan.
“Hal ini menjaga agar kondisi ban yang seimbang, sehingga tidak ada ban yang hanya satu sisi saja yang menahan beban berat mobil plus barang maupun orang yang diangkut. Sehingga mencegah ukiran ban aus hanya di satu bagian saja,” ujar Fiki.
Keempat, mengemudi dengan baik. Hindari cara mengemudi yang tiba-tiba menginjak pedal gas dalam-dalam lalu melakukan pengereman secara tiba-tiba dengan menginjak pedal gas dalam-dalam. Karena cara seperti itu akan membuat permukaan telapak ban seperti digesekan dengan keras ke permukaan jalan. (Jrr/Aa)
Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id