Jakarta, Mobilitas – Beberapa kalangan mengaku truk-truk impor asal Republik Rakyat Cina (Cina0 itu diimpor oleh perusahaan asal Negeri Panda itu maupun perusahaan importir umum yang dipesan oleh perusahaan lokal Indonesia.
“Meskipun banyak truk asal Cina yang dipakai oleh perusahaan asal negara itu yang beroperasi di Indonesia, namun secara volume populasinya masih tidak sebanyak truk asal Jepang. Memang, tren permintaan truk asal Cina ini (yang pabrikannya belum memiliki agen pemegang merek maupun distributor resmi di Indonesia) terus tumbuh. Karena harganya murah dn fiturnya tidak kalah. Malah ada yang lebih bagus ketimbang yang dari Jepang,” papar salah satu pengurus Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) saat dihubungi Mobilitas, di Jakarta, Jumat (21/3/2025) malam.
Truk-truk asal Cina paling banyak digunakan di pertambangan. Selain itu di beberapa perkebunan swasta besar. Kehadiran truk Cina ini berpengaruh terhadap kondisi pasar truk di Tanah Air.
Hal itu, diakui oleh Director of Sales & Marketing Division PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB), Aji Jaya. “kehadiran merek baru di kendaraan komersial, terutama truk, tentu membuat tantangan semakin bertambah,” tandas Aji saat ditemui di sela Media Gathering dan Berbuka Bersama Mitsubishi Fuso, di Jakarta, Jumat (21/3/2025).
Hanya, seberapa besar persisnya dampak kehadiran merek-merek anyar itu terhadap peta persaingan Indonesia belum bisa diketahui secara pasti. “Karena penjualan truk-truk (asal Cina) itu tidak tercatat di Gaikindo. Di sisi lain acuan kita untuk melihat bagaimana peta persaingan itu kan data Gaikindo,” papar Aji.
Kendati begitu, lanjut Aji, sepanjang 2024 Fuso masih mendominasi pasar, dengan merebut pangsa pasar 38,1 persen dari totl truk (berbagai merek) yang terjual sebanyak 72.703 unit. Bahkan Fuso menguasai 53,1 persen pangsa pasar segmen terbesar, yaitu truk ringan (Light Duty Truck/LDT).
Sebelumnya, dalam Kanal Youtube Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, yang mulai tayang pada Kamis (16/1/2023) Direktur Produksi Hino Motors Manufacturing Indonesia (HMMI) Kristijanto Saputra mengeluhkan maraknya impor truk asal Cina.
Terlebih truk yang diimpor secara utuh (CBU) itu saat diopersikan diduga tanpa sertifikat uji tipe, tidak memiliki Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) dan bahkan tanpa Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB). Truk-truk ini masuk melalui Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Morowali yang kemudian didistribusikan ke kawasan pertambangan nikel di Morowali.
Sementara, data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang dikutip Mobilitas di Jakarta, Jumat (21/3/2025) menunjukkan merek truk asal Cina yang telah menjadi anggota Gaikindo dan melaporkan penjualannya hanya FAW. Tercatat di Januari – Februari 2025, FAW membukukan penjualan ke dealer (wholesales) sebanyak 116 unit, melonjak 147 persen dibanding tahun lalu. Di saat yang sama, penjualannya ke konsumen (penjualan ritel) sama persis dengan wholesales.
Sebenarnya, tutur seorang pengurus Gaikindo yng dihubungi Mobilitas di Jakarta, Jumat (21/3/2025) ada satu lagi merek truk asal Negeri Tirai Bambu yang sudah menjadi anggota Gaikindo, tetapi belum pernah melaporkan penjualannya. “Itu merek Hongyan. Banyak memasok truk ke pertambangan,” kata dia. (Jap/Swe/Aa)
Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id