Jakarta, Mobilitas – Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menyampaikan rencana Indonesia dalam mengembangkan ekosistem mobil listrik sebagai salah satu langkah serius untuk menangani masalah perubahan iklim. Hal itu disampaikan Jokowi di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pemimpin dunia yang membahas perubahan iklim (COP26) di Glasgow, Skotlandia.
Seperti dilansir situs resmi PBB, Senin (1/11/2021), KTT tersebut merupakan konferensi terkait iklim terbesar dan terpenting di planet bumi saat ini. PBB menyatakan, konferensi ini menjadi langkah tindak lanjut secara konkrit dari Earth Summit yang digelar di Rio de Janeiro, Brasil, tahun 1992.
“Pada saat itulah Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) diadopsi. Melalui keangka itu pula negara-negara di dunia sepakat untuk menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer untuk mencegah gangguan berbahaya dari aktivitas manusia pada sistem iklim. Hingga saat ini perjanjian itu telah ditandatangani 197 negara di dunia,” bunyi keterangan PBB.
Indonesia sebagai salah satu peneken perjanjian tersebut, kini terus berupaya menekan tingkat emisi CO2 di Tanah Air. Pemerintah juga terus menggalang dukungan dan partisipasi katif dari berbagai elemen masyarakat.
PT Toyota Astra Motor (TAM) selaku perusahaan yang memasarkan produk otomotif – dan yang nota bene sebagai produk penghasil CO2 – menyatakan dukungan penuh terhadap langkah dan komitmen pemerintah tersebut.
“Tentu kami sangat mendukung penuh kebijakan dan tekad pemerintah untuk terus mereduksi tingkat emisi CO2 di Tanah Air. Kami, terus menawarkan produk atau mobil yang ramah lingkungan dengan teknologi elektrifikasi. Bahkan, sejak tahun 2007 kami telah memasarkan mobil berteknologi hybrid melalui Toyota Prius,” papar Vice President Director PT TAM, Henry Tanoto, saat dihubungi Mobilitas di Jakarta, Kamis (4/11/2021).
Gerilya nyata
Henry menyebut sejak tahun 2007 itu hingga September tahun 2021, sudah 4.975 unit atau hampir 5.000 unit mobil berteknologi elektrifikasi Toyota yang telah terjual di Indonesia. Penjualan mobil ramah lingkungan itu, sebut Henry, mulai menggelinding cepat ketika memasuki tahun 2020.
Pada tahun jika di tahun 2012 masih sebanyak 429 unit, dan tahun 2013 sebanyak 385 unit, pada tahun 2020 penjualan telah menyentuh angka 1.040-an unit. Bahkan di tahun 2021, dari Januari hingga September telah mencapai 1.409 unit.
“Model dan varian teknologi elektrifikasi yang ditawarkan pun beragam. Selain hybrid, juga ada plug-in hybrid, dan listrik murni atau BEV (Battery Electric Vehicle) yang ditawarkan melalui merek Lexus,” jelas Henry.
Mobil hybrid yang disajikan Toyota Indonesia adalah sedan Crown hybrid, Alphard hybrid, Corolla Cross, C-HR hybrid, Camry hybrid, Corolla Altis hybrid, Lexus ES 300h, dan Toyota Century hybrid. Kemudian ada Prius PHEV, dan mobil listrik Lexus UX300e.
Sebelumnya, dalam sebuah webinar yang digelar di Jakarta, pekan lalu, Marketing Director PT TAM Anton Jimmy Suwandi mengatakan, dengan hampir 5.000 unit mobil elektrifikasi yang telah terjual itu, Toyota telah memberikan kontribusi yang signfikan dalam mereduksi tingkat emisi CO2 di Tanah Air.
“Total mobil elektrifikasi sebanyak 4.975 unit itu ekuivalen (atau setara) dengan kontribusi menurunkan emisi CO2-nya mencapai 300.000 gram untuk per kilometernya, jika dibandingkan dengan penjualan dalam jumlah yang sama dari model non elektrifikasi,” papar Anton.
Dia juga menyebut, komitmen Toyota Indonesia akan terus ditingkatkan dalam mereduksi tingkat emisi karbon melalui mobil elektrfikasi yang dipasarkannya. Bahkan, di tahun 2022 nanti, Toyota Indonesia akan memproduksi mobil hybrid di Tanah Air, sehingga dengan harga yang lebih terjangkau Toyota meyakini penjualan mobil jenis ini akan semakin marak.
Selain itu, proyek percontohan mobil listrik yang kini berlangsung di Nusa Dua Bali akan dikembangkan ke daerah wisata lainnya di Indonesia. Itulah serangkaian gerilya nyata Toyota untuk mereduksi tingkat emisi karbon di negeri ini. (Yus/Aa)