Jakarta, Mobilitas – Selama ini para pengemudi mobil banyak yang hanya fokus pada potensi bahaya aquaplaning dan banjir yang menyimpan risiko bahaya besar. Padahal, marabahaya yang ada di tengah derasnya guyuran hujan tak hanya itu semata.
“Secara umum, yakni dari pengalaman kasus-kasus yang terjadi selama ini. Bahaya yang bisa menimpa siapa saja di saat mengemudi pada saat hujan deras, itu ada empat. Keempatnya adalah potensi bahaya dari atas, bawah, depan, dan belakang. Karena itu potensi bahaya apa saja yang ada di berbagai arah dan sekaligus langkah antisipasinya wajib diketahui,” papar Direktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu saat dihubungi Mobilitas akhir pekan lalu.
Pertama, potensi bahaya yang berasal dari atas pada saat hujan deras – terlebih jika disertai angin kencang – adalah jatuhnya benda-benda keras dari tempat yang lebih tinggi karena terjangan air plus hempasan angin. Selain itu potensi besar terjadinya pohon atau papan reklami (billboard) tumbang.
Oleh karena itu sangat disarankan untuk menghindari area yang memiliki potensi ini. Segeralah beranjak dari tempat-tempat dengan kondisi seperti itu.
“Sebab, jika kejadian membahayakan itu berlangsung dan kita mencoba bermanuver dengan beralih lajur dengan cepat atau mengerem mendadak akan memiliki potensi bahaya yang tidak kalah besarnya. Karena itu ada baiknya ketika hujan lebat disertai angin kencang kita berhenti dan beristirahat di tempat yang aman,” papar Jusri.
Pada saat istirahat pun sebaiknya dipilih tempat parkir yang beratap. Jika tak ada tempat seperti itu, maka parkirlah di tempat terbuka yang jauh dari benda-benda menjulang tinggi seperti pohon atau tiang.
Kedua,potensi bahaya dari depan adalah terganggunya visibilitas atau daya jangkau pandangan kita. Oleh karena itu pastikan kaca depan mobil dalam kondisi bersih tak berjamur. Begitu pun dengan wiper dan lampu depan juga dalam kondisi prima.
“Masalahnya, dalam kondisi hujan deras bukan hanya kita saja yang kemungkinan mengalami gangguan daya jangkau pandangan tetapi juga pengguna mobil lain terutama yang berlawanan dari arah berlawanan. Karena itu lampu yang terang tetapi tidak menyilaukan sangat diperlukan. Tetapi jika lampu juga tak sanggup mengatasi kondisi sebaiknya beristirahat menunggu hujan reda,” kata Jusri.
Ketiga, potensi bahaya dari bawah adalah genangan air dan jalanan berlubang. Genamgam air memunculkan kondisi aquaplaning yakni cengkeraman ban ke aspal akan berkurang karena ban “seakan” terangkat oleh air.
Karena itu kemampuan pengemudi diuji di kondisi seperti itu. Jangan mrengerem sembarangan atau menginjak pedal gas untuk memacu mobil. Tetapi ikuti dorongan air hingga telapak ban mobil kembali menemukan pijakan kuat di permukaan jalan, setelah itu baru injak pedal gas.
Keempat, potensi bahaya dari belakang. Bahaya dari arah ini juga terkait dengan daya pandang atau visibilitas akibat kabut, kaca yang tidak bersih, dan lain-lain.
Kondisi ini kemungkinan juga dialami oleh pengemudi mobil lain di belakang kita. Oleh karena itu sebelum melakukan perjalanan sebaiknya pastikan kondisi lampu belakang, lampu sein, dan reflektor dalam kondisi baik.
Dalam kondisi hujan deras juga disarankan tak melakukan pengereman mendadak ata sering berpindah lajur dengan cepat. Sebaiknya terus menjaga jarak dengan kendaraan lain di depan maupun belakang, selain menjaga laju kecepatan yang aman.
“Nyalakan lampu depan dan belakang tetapi jangan menggunakan lampu hazard selama perjalanan. Jangan menyalakan lampu kabut jika tidak ada kabut karena akan mengganggu pandangan pengemudi mobil lain,” imbuh Jusri. (Jrr/Aa)
Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id