Jakarta, Mobilitas – Penjualan crossover Toyota C-HR di Indonesia di tahun 2021 ternyata tak sesemringah model-model lainnya di jajaran produk Toyota Indonesia. Sepanjang Januari hingga September tahun ini, mobil yang di Jakarta dibanderol Rp 546,29 juta hingga Rp 559,14 juta itu jeblos dibanding periode sama tahun lalu.
Fakta ini menarik, karena di tahun 2020 adalah tahun mulainya (Maret) Indonesia dinyatakan dalam kondisi tanggap darurat pandemi Covid-19. Saat itu, mendadak sontak ekonomi Indonesia mengalami kontraksi karena berbagai kegiatan di semua lini dan sektor ekonmi terdampak wabah tersebut.
Penjualan mobil pun ambles, termasuk Toyota C-HR. Tetapi anehnya, setelah hampir setahun wabah itu berlangsung dan ekonomi nasional mulai membaik, penjualan Toyota C-HR malah jeblok.
“Ada beberapa kemungkinan ya. Pertama, mungkin dinilai overprice. Apalagi di tengah pandemi dan Indonesia masih belum beranjak dari middle income trap. Kita sudah mencapai ke tingkat pendapatan menengah, tetapi tidak dapat keluar dari tingkatan tersebut untuk meningkat lagi.Kedua, mungkin pasokan dari impor yang terkendala, karena kan sekarang ini kelangkaan semikonduktor bisa jadi alasan pabrikan,” kata salah seorang pejabat Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) saat dihubungi Mobilitas di Jakarta, Jumat (3/12/2021).
Menurut Bank Dunia, kata dia, produk domestik bruto (PDB) per kapita Indonesia di tahun 2020 turun menjadi US$ 3.870 dari tahun 2019 yang mencapai US$ 4.050. Dan di tahun 2021 juga masih belum beranjak jauh. Dan yang pasti ini terkait dengan daya beli.
Data yang dihimpun Mobilitas dari laporan penjualan ritel ke Gaikindo terlihat sepanjang Januari – September tahun ini total penjualan ritel Toyota C-HR hanya 140 unit. Jumlah ini dibukukan pada Januari 10 unit, Februari 18 unit, Maret 22 unit, April 21 unit, Mei 17 unit, Juni 14 unit, Juli 13 unit, Agustus 10 unit, dan September 15 unit. Agustus 16 unit, dan September 15 unit.
Sementara di kurun waktu yang sama di tahun 2020 total penjualan ritel Toyota C-HR yang berhasil dikantongi PT Toyota Astra Motor – selaku penjajanya – masih sebanyak 240 unit. Jumlah itu dikoleksi pada Januari sebanyak 40 unit, Februari 46 unit, Maret 42 unit, April 16 unit, Mei 9 unit, Juni 25 unit, Juli 31 unit, Agustus 16 unit, dan September 15 unit.
Artinya, selama sembilan bulan pertama di tahun ini penjualan Toyota C-HR ke konsumen (ritel) berkurang atau jeblos hingga 100 unit. Padahal total penjualan ritel mobil ini selama 2020 itu sudah jeblok dibanding tahun 2019.
Fakta berbicara, selama Januari – Oktober 2019 Toyota C-HR masih mengantongi angka penjualan sebanyak 385 unit. Tetapi di rentang waktu yang sama tahun 2020 hanya 263 unit. (Jrr/Aa)