Jakarta, Mobilitas – Meski terbilang tertinggal dengan negara-negara lain (terlebih dengan negara maju), Indonesia bakal menerapkan standar emisi Euro 4 untuk kendaraan bermesin diesel pada April 2022 nanti. Berbagai perbincangan menyoal teknologi kendaraan bermotor yang sesuai dengan standar tersebut atau yang lebih tinggi.
Salah satu teknologi yang kerap disebut dalam obrolan itu adalah mesin diesel berteknologi common rail. Lantas, apa sejatinya teknologi ini? Bagaimana cara kerjanya? Dan apa manfaatnya?
Berbagai sumber literatur yang dinukil Mobilitas menyebutkan teknologi common rail adalah mekanisme injeksi bahan bakar yang digunakan pada mobil diesel. Cara kerjanya mirip dengan electronic fuel injection (EFI) mobil berbahan bakar bensin.
Sistem ini terdiri dari sejumlah komponen seperti fuel tank untuk menyimpan bahan bakar, filter bahan bakar, supply pump, high pressure pump, high pressure accumulator, injektor, katup pengatur tekanan, sensor-sensor, hingga electronic driver control (EDC).
Cara kerja komponen common itu saling mendukung, mulai dari mengatur timing agar bahan bakar disemprotkan ke ruang bakar sesuai kebutuhan mesin secara otomatis.
“Bahan bakar tersebut dihisap dari tangki bahan bakar oleh high pressure pump hingga mencapai high pressure accumulator atau pipa rail, yang selanjutnya diatur oleh EDC yang diinjeksi ke ruang bakar mesin sesuai kebutuhan,” papar After Sales Director Hino Motor Sales Indonesia (HMSI) Irwan Supriyono, saat dihubungi Mobilitas, di Jakarta, Rabu (28/4/2021).
EDC, kata Irwan, berfungsi bisa mengatur timing injeksi bahan bakar agar sesuai dengan langkah kerja masing-masing silinder mesin mobil. Dengan demikian, mesin injeksi common rail memungkinkan kontrol emisi dan konsumsi bahan bakar dan tenaga yang lebih baik.
“Dan kami di Hino telah memproduksi mesin common rail sejak tahun 1995. Mesin common rail Hino memiliki keunggulan tiga kali penyaringan bahan bakar sehingga melindungi engine dari kontaminasi bahan bakar. Injektor menggunakan Diamond Like Carbon (DLC) yang membuat durabilitasnya sangat baik dan tahan terhadap gesekan,” klaim Irwan.
Prototipe sistem common rail dikembangkan pertama kali pada akhir tahun 1960 oleh Robert Huber dari Swiss. Kemudian, teknologi itu dikembangkan lebih lanjut oleh Marco Ganser di Institut Teknologi Federal Swiss di Zurich, lalu disempurnakan Ganser-Hydromag AG di Oberägeri. (Fud/Arf)