Tangerang, Mobilitas – Busi adalah nama salah satu komponen penting di kendaraan bermotor baik mobil maupun sepeda motor – dari bahasa Belanda yakni bougie yang memiliki arti suku cadang – berfungsi vital dalam proses pembakaran bahan bakar di mesin untuk menghasilkan tenaga yang menggerakkan kendaraan. Artinya, tanpa ada busi maka proses itu tak akan terjadi, sehingga keberadaan kendaraan pun tak berarti karena tidak berfungsi.
“Jadi dalam proses penggunaan kendaraan, busi berfungsi sebagai pemantik api. Caranya, dengan mengubah tegangan listrik yang disuplai oleh koil lalu menjadi percikan api. Nah, percikan api itulah yang akan membakar campuran bahan bakar dan udara di ruang mesin yang kemudian menghasilkan ledakan tenaga untuk menjalankan serangkaian komponen untuk menggerakkan kendaraan. Jadi, dari gambaran ini, jelas sekali fungsi penting busi,” papar Kepala Mekanik Jawa Motor, Ichwanudin Salam, saat ditemui Mobilitas, di Jalan Maulana Hasannudin, Cipondoh, Tangerang, Sabtu (29/1/2022).
Tetapi, kata pria yang akrab disapa dengan Ichwan itu, sedikit sekali pemilik kendaraan yang tak paham bagaimana merawat komponen tersebut. Bahkan, mendeteksi atau mengetahui tanda-tanda busi di kendaraan bermasalah atau aus pun banyak yang belum memahaminya.
“Terutama di kendaraan bermotor roda dua atau sepeda motor. Karena kalau di mobil kan ada lebih dari satu busi, sehingga ketika salah satu dari busi itu sudah aus atau bermasalahmobil masih bisa berfungsi karena ditopang oleh busi-busi lainnya, meskipun mesin kadang-kadang “pincang” ketika mesin dinyalakan atau saat sudah dijalankan,” papar mekanik berusia 43 tahun itu.
Lantas, apa saja ciri-ciri busi sepeda motor sudah bermasalah atau aus? Ichwan menyebut, ciri-ciri itu sangat mudah ditangkap atau diketahui. Terutama jika, pengguna atau pemilik sepeda motor sudah memahaminya.
Setidaknya ada lima kondisi yang mencirikan busi bermasalah: Pertama, mesin sepeda motor sulit hidup ketika di-starter. Ini terjadi karena fungsi busi untuk mengubah aliras listrik dari koil menjadi percikan api sudah tak berjalan.
“Kondisi ini terjadi karena faktor usia. Busi sudah melebihi dari masa atau umur pakai. Sehingga mau tidak mau harus diganti,” jelas Ichwan.
Kedua, responsifitas motor lambat alias tidak responsif. Motor yang lemot atau tak langsam meski tuas gas telah dibetot hingga maksimal, dikarenakan percikan api yang dihasilkan oleh busi sudah tak maksimal alias kembang kempis.
Karena kembang kempisnya sulutan api itu maka proses pembakaran bahan bakar di ruang bakar mesin yang merupakan penyulut munculnya tenaga sepeda motor tak makasimal. Karena tenaga yang tidak kuat itu, maka motor pun kurang responsif.
Ketiga, mesin motor brebet alias tersendat. Penyebab, kasus ini sama dengan kasus kedua yakni motor tak responsif. Karena busi yang sudah tak berf8ungsi maksinal dalam menghasilkan percikan api – atau bahkan kadang ada, kadang kecil, dan bahkan tak ada – menjadikan proses pembakaran tak ajeg.
“Sehingga, mesin pun tersendat-sendat atau istilah awamnya mbrebet,” sebut Ichwan.
Kelima, busi sudah berubah warna dan banyak jelaga di bagian kepala dan sumbu busi. Busi yang telah aus atau habis masa pakainya, biasanya kepalanya berubah warna menjadi coklat.
Sedangkan di antara sumbu dan kepala terdapat jelaga atau seperti lapisan lembut layaknya serbuk halus berwarna hitam. “Kalau sudah begini, sebaiknya busi diganti. Daripada berisiko motor mogok dan kita jadi repot. Apalagi, di saat perjalanan malam hari,” tandas Ichwan. (Jrr/Aa)