Mobility

Mobil Rawan Mogok di Perlintasan Kereta, Begini Penjelasannya

×

Mobil Rawan Mogok di Perlintasan Kereta, Begini Penjelasannya

Share this article
Ilustrasi, Kereta Api tengah melintas - dok.Istimewa

Jakarta, Mobilitas – Peristiwa kecelakaan mobil yang mogok tertabrak kereta pai di perlintasan sebidang kembali terjadi. Sebuah kereta api jurusan Semarang – Gambir Jakarta PP menabrak minibus Toyota Avanza di perlintasan sebidang KM 34 dekat Stasiun Tambun, Bekasi, Selasa (21/6/2022).

Dalam peristiwa ini, pengemudi yang gagal menghidupkan mesin mobil meninggal dunia ditempat, setelah mobilnya dihantam kereta tersebut.

“Sebenarnya, kasus seperti ini sering terjadi di Indonesia. Bahkan, di perlintasan-perlintasan kereta yang sama di suatu tempat di Jawa ini, juga sudah berulang terjadi. Nah, pertanyaannya mengapa itu sering terjadi?. Tentu di setiap kasus harus dilakukan investigasi,” papar Investigator Senior Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT, Ahmad Wildan, saat dihubungi Mobilitas di Jakarta, Selasa (21/6/2022).

Namun, apakah KNKT akan diminta untuk melakukan investigasi di kasus yang terjadi di Tambun, Bekasi itu, hingga kini masih belum ada permintaan. Sebab, bisa saja investigasi dilakukan unit kecelakaan Polres setempat.

Kereta api di sebuah stasiun di wilayah Jawa – dok.Istimewa via Pegipegi

Sementara soal penyebab mobil yang mogok di tengah perlintasan, Wildan mengatakan KNKT belum pernah melakukan penelitian secara khusus. Namun, sampai saat ini dirinya masih berpegang pada hasil penelitian dan kajian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) beberapa waktu lalu.

“Hasil penelitian itu menyebut bahwa ketika kereta akan melintasi perlintasan, dari jarak sekitar 1 kilometer arus listrik menghantarkan medan magnet yang tinggi ke rel kereta. Nah, karena tingginya arus elektromagnet itu menyebabbkan sistem kontrol, atau dalam hal ini ECU (Electronic Control Unit) mobil tidak berfungsi, sehingga mesin tiba-tiba mati dan mobil mogok,” papar dia.

Jangan sembrono
Beberapa waktu lalu, saat diwawancarai Mobilitas, di Puspitek Serpong, Tangerang, Kepala Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian LIPI Harry Harjadi menyatakan hal serupa. Menurut dia, ketika paparan emisi gelombong elektromagnetik menyebar maka benda-benda berbasis kelistrikan yang tidak kompetibel langsung terganggu.

“Dan gelombang elektromagnet bisa mempengaruhi arus-arus di dalam ECU maupun di luar ECU. Sistem ini sangat rentan terdampak. Misalnya Fuel Injection system mobil yang terdiri dari sensor-sensor, dan aktuator-aktuator yang bekerjanya melalui kiriman sinyal-sinyal listrik, itu terganggu dan bahkan berhenti bekerja. Sehingga mobil mogok. Tapi ini kita katakan rawan ya, karena ada juga mobil-mobil kelas atas yang sudah dilengkapi teknologi penangkal paparan seperti itu,” ujar dia.

Oleh karena itu, Harry – saat itu – dan Ahmad Wildan saat ini, mewanti-wanti agar pengemudi mobil tak nekat menerobos lintasan rel kereta begitu lonceng peringatan kewreta akan melintas berbunyi. “Sebab harus diingat meski posisi kereta masih sejauh satu kilometer, gelombang elektromagnet di rel itu sudah mulai bekerja. Jadi, jangan sembrono nekat melintas,” kata Wildan.

Sosialiasi ke masyarakat agar tidak menerobos palang di perlintasan kereta api – dok.PT KAI Daop 1

Selain itu, lanjut Wildan, faktor lain yang juga menyebabkan mobil mogok di tengah perlintasan kereta adalah faktor psikologis. Pengemudi yang panik atau gugup saat melintas menyebabkan laju mobil tersendat dan ketika di rel tertahan, terlebih mesin mati karena paparan gelombang elektromagnet.

“Oleh karena itu, kuncinya jangan berspekulasi atau nekat menantang maut. Berhenti jika peringatan kereta akan lewat berbunyi. Selain itu jangan buru-buru langsung memacu kendaraan meski posisi kereta masih cukup jauh. Begitu lonceng peringatan berbunyi, langsung berhenti,” saran Wildan. (Jap/Din/Aa)