Tangerang, Mobilitas – Continuously Variable Transmission (CVT) merupakan sistem penggerak sepeda motor matik.
Melihat pentingnya fungsi CVT dalam menentukan sepeda motor bisa digunakan (bergerak) atau tidak itulah, maka sudah semestinya CVT mendapatkan perawatan yang baik dan benar.
“Karena sistem kerja CVT itu menggunakan tekanan fluida yaitu pelumas, maka sudah semestinya kondisi oli mesin dan oli gear kondisinya maupun jadwal penggantiannya harus disiplin,” papar Mekanik Senior Gerbang Motor, Ujang Firmansyah, saat ditemui Mobilitas di Batuceper, Tangerang, Jumat (26/8/2022).
Penggantian oli mesin wajib dilakukan setelah motor menempuh jarak sejauh 2.000 – 3.000 kilometer (km). Agar kondisi CVT benar-benar tetap prima, pada saat penggantian oli itu juga dilakukan pembersihan filter CVT dari debu, air, dan kotoran lainnya.
Kemudian, setelah motor digunakan sejauh 10.00 km sebaiknya dilakukan servis terhadap komponen tersebut. Dengan servis itu, komponen CVT (roller, V-belt, dan filter) dibersihkan, dan yang membutuhkan pelumasan dilumasi.
“Tetapi, yang tidak kalah penting adalah mengenali gejala atau tanda kapan saatnya V-belt CVT itu diganti. Karena peran komponen ini penting, kalau rusak tapi dibiarkan saja akan merembet ke lainya. Dan kalau putus akan menyusahkan perjalanan,” pesan Ujang.
Cara mudah untuk mengetahui V-Belt CVT bermasalah adalah saat motor mulai digeber, terasa tarikan bawahnya berat dan muncul getaran. Sedangkan secara kasat mata, tanda itu bisa dilihat dari adanya retak-retak, terutama di area yang bergerigi. (Vto/Aa)