Jakarta, Mobilitas – Kenaikkan harga BBM berdampak ganda ke Perusahaan Otobus (PO).
Ketua DPP Organisasi Angkutan Darat (Organda) Bidang Angkutan Orang, Kurnia Lesani Adnan menyebut perusahaan penyedia layanan angkutan bus menghadapi tantangan yang dilematis ketika harga BBM Solar naik.
“PO mau tidak mau juga harus menaikkan tarif, kalau tidak akan sulit. Sebab, BBM itu porsinya 40% di biaya operasional. Lainnya, sparepart, ban, dan sebagainya. Nah, suku cadang itu sejak Maret lalu sudah naik,” kata dia saat dihubungi Mobilitas di Jakarta, Kamis (8/9/2022).
Ketua Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia itu menyebut masyarakat juga merasakan dampak kenaikkan harga BBM itu. Sebab, kenaikkan harga harga barang-barang kebutuhan masyarakat juga naik.
“Karena itu, walaupun kami harus menaikkan harga tiket. Rentang kenaikkan 25% – 35% tergantung jarak,” ujar Lesani.
Menurut Direktur Utama PO Siliwangi Antar Nusa ini, jika kenaikkan tarif terlalu tinggi justeru akan memunculkan persaingan yang tidak sehat di antara PO yang ada. Bisa saja, di antara PO yang memainkan jurus banting harga.
“Apalagi, PO tidak hanya bersaing dengan sesama PO tetapi juga dengan angkutan lain (kereta api) bahkan dengan angkutan (travel) pelat hitam,” tandas Lesani.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Hendro Sugiatno, yang dihubungi Mobilitas di Jakarta, Kamis (8/9/2022) mengatakan penyesuaian tarif bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) kelas ekonomi rata-rata 30%. “Itu berlaku mulai 10 September,” ujarnya singkat. (Jrr/Jap/Aa)