Jakarta, Mobilitas – Komposisi kimia senyawa yang berubah akibat bereaksi dengan lingkungan menjadi biang kerok.
Menurut Pakar Motor Bakar Institut Teknologi Bandung (ITB) Tri Yuswidjajanto Zaenuri, perubahan senyawa akibat reaksi kimiawi itu menjadikan massa jenis atau density energi Bahan Bakar Minyak (BBM) tersebut berubah.
“Density adalah massa jenis atau rapatan volume sebuah benda. Semakin tinggi density suatu benda, maka semakin kecil atau sedikit volumenya tetapi kalornya tinggi. Dan sebaliknya,” papar dia saat dihubungi Mobilitas dari Jakarta, Selasa (27/9/2022).
Begitu pun dengan BBM. Dengan volume yang sama, ternyata tenaga yang dihasilkan BBM ketika dibakar di mesin lebih kecil. Hal itu, kata Tri, terjadi karena tingkat density massa jenis dan kalor yang lebih rendah.
“Itu bisa terjadi karena ada reaksi kimiawi senyawanya dengan lingkungan, suhu, dan lain-lain sehingga berpengaruh ke susutnya massa jenis dan kalor dari BBM tersebut,” kata Tri.
Sekadar informasi, kalor adalah kandungan energi panas dari BBM. Dengan susutnya density kalor itu, tidak menghasilkan tenaga yang maksimal.
Walhasil, saat pengemudi ingin memacu kendaraannya dengan menginjak pedal gas (mobil) atau menarik tuas gas (motor)agar kendaraan lebih bertenaga, maka akan semakin banyak BBM yang dibutuhkan.
“Di sinilah pertanyaan mengapa BBM yang sama bisa lebih boros pemakaiannya terjawab,” jelas Tri.
Sementara itu, Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Irto Ginting saat dihubungi Mobilitas di Jakarta, Selasa (27/9/2022) menegaskan tidak ada perubahan spesifikasi komposisi bahan Pertalite yang disalurkan. Bahkan, kata dia, sebelum disalurkan BBM itu telah melalui kontrol kualitas.
Meski, dia tak menampik kemungkinan adanya reaksi senyawa BBM yang dipicu kondisi di luar batas normal. “Oleh karena itu, memperhatikan kapan saat yang tepat mengisi BBM dan di mana BBM itu dibeli, sangat penting,” ungkap dia. (Jrr/Aa)