Jakarta, Mobilitas – Penjualan sasis bus dan truk di Indonesia sepanjang Januari hingga Oktober tahun ini meningkat.
Namun, tak demikian dengan penjualan bus dan truk asal Swedia, Scania. Data penjualan di Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang dikutip Mobilitas, Sabtu (3/12/2022) menunjukkan, penjualan kendaraan Scania (bus dan truk) ke konsumen (ritel) selama sepuluh bulan pertama tahun ini masih anjlok.
Totalnya hanya 182 unit. Jumlah ini ambrol 63,7% dibanding total penjualan ritel yang berhasil dibukukannya selama periode sama di 2021.
Sementara, jumlah penjualan ke diler (wholesales) sama persis dengan jumlah penjualan ritel. Pada bulan Oktober saja, penjualan ritel yang berhasil dikantogi merek itu hanya 30 unit, jumlah ini sama persis dengan jumlah yang diraupnya pada bulan yang sama di 2021.
Penurunan penjualan ini dialami Scania sejak awal tahun ini. Pada Januari – September hanya 152 unit, ambrol 67,7% dibanding tahun lalu. Sedangkan di Januari – Agustus 132 unit, anjlok 69,2%.
“Persisnya berapa total angka penjualan bus saat ini, saya tidak tahu persis. Tetapi kalau melihat laporan teman-teman pemilik PO (perusahaan otobus) yang menambah unit armada untuk trayek baru maupun peremajaan unit, tentu indikasinya pasar justeru tumbuh,” ungkap Ketua Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) Kurnia Lesani Adnan, saat dihubungi Mobilitas, di Jakarta, Sabtu (3/12/2022).
Begitu pula di pasar truk. Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) yang dihubungi Mobilitas, Sabtu (3/12/2022), permintaan truk justeru meningkat, karena membaiknya kondisi ekonomi.
“Ekonomi kan tumbuh terus. Kuartal satu 5,01%, kedua 5,44%, dan kuatal tiga 5,72%. Sektor logistik juga naik, kalau kita lihat data BPS, sektor transportasi dan pergudangan ini tumbuhnya paling tinggi 25,81%,” kata dia. (Din/Aa)