Jakarta, Mobilitas – Sejak dua tahun lalu banyak produsen dan merek motor listrik bermunculan di Indonesia.
Namun, sampai kini penjualan masih minim. Menurut Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), Hari Budianto, hal itu dikarenakan masih tingginya keengganan masyarakat menggunakan motor listrik.
“Bukan hanya soal kekhawatiran terhadap dukungan infrastruktur saja, tetapi juga harga yang masih mahal,” papar dia saat ngobrol santai dengan Forum Wartawan Otomotif (FORWOT) secara virtual di Jakarta, Kamis (15/9/2022).
Mahalnya harga jual motor listrik, kata Hari, dikarenakan harga baterai yang mahal. Sebab, harga baterai porsinya mencapai 40% dari harga jual produk.
Selain itu, faktor daya jangkau motor dan infrastruktur penukaran baterai (Battery Swaping) juga menjadi pertimbangan konsumen.
“Misalnya nih, saya mau pergi ke Bandung kalau nanti daya baterai habis, ada enggak battery swap-nya di situ untuk baterai motor merek yang saya unya. Kalau tidak, masa saya mau ngecas 5 jam? Jadi, ini (yang membuat) market adaptasinya lambat. Masyarakat masih ragu,” jelas Hari.
Oleh karena itu, faktor insentif dalam pengembangan pasar sepeda motor listrik itu sangat penting. Insentif dibutuhkan untuk menekan harga terutama untuk menurunkan harga baterai.
Hari memberi gambaran harga baterai, dimana per kWh-nya mencapai US$ 300. Sehingga jika motor berbaterai 1,2 kWh maka harga baterai 1,2 x US$ 300 (atau sekitar Rp 5,4 juta, kurs US$ 1 = Rp 14.941,20)
“Kalau di luar negeri, itu kan ada subsidinya, baik ke produsennya maupun kepada konsumennya. Di Indonesia, paling STNK-nya dimurahin 10% dari pada motor bakar (ICE),” tandas Hari.
Begitu pula dengan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) maupun Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB). Namun, untuk produsen masih belum menyentuh subsidi harga baterai.
Sebelumnya, Staf Utama Menteri Perhubungan Budi Setiyadi yang dihubungi Mobilitas menyebut pengajuan Sertifikat Registrasi Uji Tipe (SRUT) sepeda motor listrik terbanyak. Sepanjang Januari – Juli, 19.698 unit. (Din/Aa)
Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id