Perilaku dan cara mengemudi bisa mengindikasikan seseorang mengidap demensia atau tidak - dok.Istimewa

Anda Berpotensi Demensia atau Pikun? Seringlah Mengemudi

Arif Arianto
4 Min Read

Wilmington, Mobilitas – Kita sering mendengar istilah demensia dalam kehidupan sehari-hari untuk menyebut orang yang mudah lupa dan sulit mengingat kejadian yang telah dilakukan atau apa saja yang terakit dengannya. Orang awam menyebutnya dengan istilah pikun.

Namun, seperti dijelaskan di laman resmi Clinmed Journals, sejatinya ada beragam kondisi yang masuk dalam kategori demensia. Meski secara sederhana, istilah demensia itu memiliki arti kondisi yang ditandai dengan penurunan setidaknya dua fungsi otak, seperti hilangnya memori dan kemampuan menilai.

Gejala-gejalan yang menandai kondisi demensia adalah mudah lupa, keterampilan sosial yang terbatas, dan kemampuan berpikir sangat terganggu sehingga mengganggu fungsi sehari-hari, dan lain-lain. “Tetapi yang pasti, demensia bukanlah penyakit dan sering digunakan untuk menggambarkan kepikunan pada orang yang sudah berusia tua. Meski gangguan ini bisa terjadi pada siapa saja tidak memandang usia,” tulis journal tersebut belum lama ini.

Seorang pria usia lanjut yang masih aktif menyetir mobil dengan baik – dok.RAC

Untuk mendeteksi seseorang mengidap demensia atau tidak sejatinya cukup mudah. Seperti dilaporkan laman New Atlas dan jurnal Geriatrics, laporan hasil penelitian yang dilakukan oleh Geriatrics and Gerontoly Center – sebuah organisasi para ahli yang berpusat di Wilmington, Delaware, Amerika Serikat – menyebut, salah satu cara pendetekjsian adalah melalui cara seseorang mengemudi mobil.

“Karena demensia dan gangguan kognitif ringan (MCI) akan berdampak pada mengemudi. Data perilaku saat mengemudi dapat menjadi alat yang sangat berguna dalam mendiagnosis kondisi itu,” bunyi laporan penelitian yang ditulis Sharon Di itu seperti dilansir jurnal Geriatrics.

Berdasar variabel yang berasal dari data mengemudi naturalistik dan karakteristik demografis dasar seperti usia, jenis kelamin, ras atau etnis, dan tingkat pendidikan dapat dideteksi apakah seseorang mengidap gangguan kognitif ringan dan demensia atau tidak. Akurasi pendeteksian dengan cara itu diklaim memiliki akurasi hingga 88%.

Demensia bisa dialami siapa saja memandang usia, tetapi bisa diatasi. Salah satu caranya dengan aktif mengemudi mobil – dok.Istimewa

Studi ini menggunakan data dari The Longitudianl Research on Aging Drivers yang melacak 3.000 pengemudi berusia lanjut. Sebanyak 33 subjek didiagnosis dengan MCI dan 31 dengan demensia.

Para peneliti menggunakan serangkaian model untuk merekam data dengan menggunakan mesin untuk mendeteksi kondisi medis berdasarkan perilaku mengemudi subjek. “Studi kami menunjukkan bahwa perilaku mengemudi naturalistik dapat digunakan sebagai penanda komprehensif dan andal untuk gangguan kognitif ringan dan demensia,” kata penulis senior di organisasi itu, Guohua Li.

Respon yang lambat, kurang menikmati atau menyenangi berkendara, hingga reflek dalam penggunaan beberapa fungsi perangkat di kendaraan merupakan indikasi dari demensia. Sebab, semua gerakan motorik itu didasari oleh sensitifnya apskek kognitif yang menstimulasi syaraf motorik pada diri seseorang.

Wanita usia lanjut yang masih aktif mengemudi, berpotensi besar terhindar dari demensia – dok.Istimewa

Namun, para peneliti menganjurkan orang-orang yang berpotensi mengalami demensia untuk lebih sering mengemudi. Sebab, aktifitas selama mengemudi akan mengasah kemampuan kognitif mereka dan menstimulasi syaraf sensorik maupun motorik, sehingga kemampuan memori dan reflek mereka akan tetap terjaga. (Swe/Aa)

Share This Article