Bisnis

AS Larang Baterai Mobil Listrik Cina, Diduga Hasil Kerja Paksa Warga Muslim

×

AS Larang Baterai Mobil Listrik Cina, Diduga Hasil Kerja Paksa Warga Muslim

Share this article
Ilustrasi, baterai listrik ion lithium yang dipasang pada mobil - dok.Circuit Digest

Jakarta, Mobilitas – Baterai dan komponen kendaraan listrik tersebut merupakan bagian dari sejumlah barang asal Cina yang ditahan oleh kantor Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan (CBP).

Laporan Reuters yang dikutip Mobilitas, di Jakarta, Selasa (22/8/2023) menyebut selain baterai dan komponen mobil listrik, barang-barang yang diimpor dari Republik Rakyat Cina (Cina) yang ditahan oleh CBP adalah bahan baku industri seperti baja dan alumunium.

“Amerika Serikat (AS) menuding Cina telah melakukan kerja paksa dan mendirikan kamp konsentrasi bagi warga Uighur di Xinjiang, serta warga minoritas muslim lainnya,” tulis Reuters.

Oleh karena itu, CBP memeriksa lebih jauh barang-barang tersebut hingga dinyatakan bebas dari rantai pasok bermasalah (termasuk dalam proses produksinya menggunakan cara-cara yang melanggar hak azasi manusia).

“CBP memberikan daftar contoh produk yang sebelumnya telah ditahan (untuk dipastikanproses produksinya) kepada importir. Selain itu dimintakan syarat dokumentasi untuk membuktikan bahwa produk tersebut tidak dibuat dengan tenaga kerja paksa,” jelas CBP kepada Reuters.

Badan ini tidak menjelaskan secara rinci tentang peningkatan pengawasan impor otomotif. Lembaga itu mengatakan hanya berkonsentrasi kepada produk-produk yang memiliki risiko tinggi dalam rantai pasokan namun beredar di AS.

Meski begitu, data CBP menunjukkan ada 31 pengiriman produk komponen otomotif dan kedirgantaraan yang telah ditahan di bawah UFLPA sejak Februari tahun ini. Nilai barang-barang berupa aluminium dan baja itu disebut melonjak dari US$ 1 juta per bulan pada akhir 2022, menjadi US$ 15 juta lebih per bulan pada tahun ini.

Ilustrasi baterai mobil listrik – dok.CAR Magazine

Sementara itu, data perusahaan riset asal Korea Selatan, SNE Research, yang dikutip Mobilitas, di Jakarta, Selasa (22/8/2023) menunjukkan sepanjang Januari hingga Juni sejumlah pabrikan baterai asal Cina menguasai pasar dunia.

Dua pabrikan asal Negeri Tirai Bambu itu – yakni Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL) dan Build Your Dream (BYD) – menduduki peringat pertama dan kedua dalam pasokan ke dunia. CATL memasok 112 GWh dengan pangsa pasar 36,8 persen dan 47,7 GWh dengan pangsa pasar 15,7 persen.

Kemudian CALB China di urutan keenam dengan pangsa 4,3 persen. Lalu ada China’s Eve Energy (kedelapan dengan pangsa pasar 2,2 persen), Gotion High-tech (kesembilan dengan 2,1 persen), dan Sunwoda di urutan kesepuluh dengan pangsa pasar 1,5 persen.

Saat ini, baterai buatan CATL dan BYD telah melanggang masuk ke pasar Amerika Serikat dan lolos IRA atau undang-undang tentang energi bersih dan lingkungan.

“Ini dikarenakan kedua pabrikan itu bekerja sama dengan perusahaan Korea Selatan untuk menghindari peraturan IRA Amerika Serikat (AS) karena Korea Selatan memiliki perjanjian perdagangan bebas (FTA) dengan AS,” kata SNE Research. (Swe/Aa)