Bukan RI, Ford Perkuat Komitmen Jadikan Thailand Basis Produksi

0
1669
Ford Ranger yang diproduksi di Thailand dan diekspor ke Australia - dok.Istimewa

Bangkok, Mobilitas – Pabrikan mobil asal Amerika Serikat – Ford Motor Company (Ford)– telah menyatakan komitmennya kepada pemerintah Thailand untuk tetap menjadikan Negeri Gajah Putih itu sebagai basis produksi mobilnya bagi kawasan regional Asia Tenggara maupun wilayah yang lebih luas darinya.

Bahkan, pabrikan telah mengucurkan investasi baru untuk merevitalisasi pabriknya di Rayong, dalam rangka mewujudkan komitmen itu.

Seperti dilaporkan Bangkok Post, Jumat (17/12/2021), Ford telah meluncurkan bagian dari kucuran investasi senilai US$ 900 juta, pada Rabu (15/12/2021). Sebagian dari dana itu digunakan untuk memodernisasi pabrik yang selama ini memproduksi pikap Ford Ranger dan SUV Ford Everest.

Hal itu diungkapkan Menteri Perdagangan Thailand Jurin Laksana-wisit usai bertemu pejabat senior Kedutaan Besar AS dan Kuasa Usaha Negeri Paman Sam itu di Thailand, Michael Heath. Bahkan dia mengatakan GM (yang saat ini telah hengkang akan kembali ke Thailand) bersama Chrysler juga sangat mungkin kembali menggarap pasar dengan kendaraan bersumber tenaga dari listrik.

Ford Everest 2022 yang diproduksi di Thailand – dok.Spirotours.com

Begitu pula dengan Ford. “Ini sejalan dengan kebijakan pemerintah Thailand yang mengarah ke kendaraan ramah lingkungan dengan energi terbarukan. Begitu pula dengan negara-negara lain di sekitarnya maupun di dunia,” papar Jurin.

Sebelumnya, manajer intelijen bisnis lembaga penelitian dan konsultan Dezan Shira & Associates, Maxfield Brown, yang dikutip Asia Business menyebut Thailand yang selama ini dijuluki sebagai Detroit-nya Asia telah berhasil mempertahankan predikat tersebut. Selama beberapa dekade negara yang juga dikenal dengan sebutan Negeri Siam itu tetap bertengger di urutan ke-12 dari negara-negara industri terbesar dunia.

Pabrik Ford di Thailand – dok.Thaiger

Keunggulan Thailand
Pemerintah Thailand diketahui memberlakukan pajak yang tinggi untuk impor mobil dan sepeda motor (kecuali dari sesama anggota Asean yang terikat dengan perjanjian perdagangan AFTA) demi menjaga rime produksi industri yang beroperasi di dalam negerinya. Pada sisi lain, Thailand juga terus memanjakan investor.

Bagi investor jangka panjang diberikan hak kepemilikan atas tanah. Kelancara proses visa dan izin bagi penasehat industri otomotif asaing yang akan berinvestasi dipermudah semudah-mudahnya.

Pemerintah Thailand juga menyediakan berbagai insentif pajak yang menguntungkan bagi investor asing. Perusahaan yang pindah ke Thailand dibebaskan dari pajak penghasilan badan selama delapan tahun. Bahkan di pusat area tempat produsen mobil memiliki pabrik yakni di Rayong, pemerintah memangkas tarif pajak perusahaan hingga 50%.

Mobil listrik Chevrolet Bolt – dok.Detroit News

“Inilah yang membuat industri otomotif betah di negeri ini. Toyota dan Mitsubishi yang mulai berinvestasi sejak tahun 1960-an masih terus bertahan. GM, Ford, Mercedes dan BMW pun sama,” ungkap Maxfield.

Namun yang tak kalah penting adalah dukungan infrastruktur dan rantai pasokan yang mumpuni. Secara geografis dengan pelabuhan dan bandara yang sangat memadai memungkinkan kemudahan ekspor bagi industri.

“Tidak seperti Indonesia dan negara lainnya di kawasan, sebagian besar suku cadang mobil di Thailand dibuat dan dipasok secara internal karena ada 1.500 pemasok yang siap melayani. Sehingga, harga jual produk pun lebih kompetitif. Terlebih di internal Asean, ada bonus lain bagi industri di negara ini yaitu tarif 0% atau bertarif sangat rendah jika tidak sampai 0% untuk mengekspor mobil buatanhya di kawasan itu,” imbuh Maxfield. (Swe/Aa)