Jakarta, Mobilitas – Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengumumkan selama liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) selama 17 Desember 2021 – 2 Januari 2022 kemarin jumlah masyarakat yang menggunakan sarana angkutan umum tercatat meningkat 10,71% dibanding semasa liburan yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah pengguna dicatatkan angkutan umum bus dan kereta api.
Seperti diungkap Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi dalam konferensi pers virtual, di Jakarta, Selasa (4/1/2022), total jumlah penumpang angkutan umum di liburan Nataru 2021/2022 itu mencapai 5.871.300 orang. Sedangkan di tahun sebelumnya sebanyak 5.303.161 orang.
“Secara umum penumpang yang menggunakan angkutan darat, kereta api, laut, dan udara, mengalami peningkatan 10 persen, dan yang paling banyak adalah di sektor angkutan darat kereta api,” kata dia.
Secara rinci, pengguna angkutan bus jumlahnya 947.106 orang. Meningkat 22,09% dibanding selama liburan Nataru tahun 2020/2021 yang sebanyak 775.751 orang.
Jumlah pengguna angkutan kereta api pada masa liburan itu mencapai 845.691 orang. Jumlah itu melonjak 56,46% yaitu dari 540.503 orang di tahun lalu.
Pada saat yang sama pengguna angkutan penyeberngan, 1.519.204 orang atau naik 0,66% dari tahun lalu yang sebanyak 1.509.233 orang. Pengguna angkutan udara naik 10,27% menjadi 2.207.370 orang dari tahun sebelumnya yang sebanyak 2.001.836 orang.
Namun, jumlah penumpang angkutan laut atau kapal pada masa liburan Nataru tahun 2021/2022 hanya 351.929 orang. Jumlah ini menyusut 26,04% dibanding tahun sebelumnya yang sebanyak 475.838 orang.
Keuntungan naik bus
Ketua Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) Kurnia Lesani Adnan yang dihubungi Mobilitas, Rabu (5/1/2021) menyebut fakta data dari Kemenhub itu membuktikan bahwa angkutan bus masih menjadi pilihan masyarakat. Khususnya yang berpergian di wilayah pulau Jawa dan Sumatera.
“Bus dirasa memiliki kelebihan bisa menjangkau di titik terdekat dengan tujuan akhir dari penumpang. Sehingga, ketika turun mereka tidak lagi harus berpindah ke angkutan lain yang jarak tempuhnya jauh dengan biaya yang tinggi. Contoh, seseorang yang ingin bepergian ke Madiun dengan tujuan akhir yang jauh dari ibu kota Madiun. Penumpang ini cukup turun di terminal kota lalu meneruskan ke tempat tujuan dengan kendaraan lain cukup sekali. Tetapi berbeda jika dia naik pesawat turun di Surabaya atau Solo,” kata Lesani.
Kedua, dengan telah tersambungnya jalan tol di Trans Jawa maupun Trans Sumatera telah menjadikan waktu tempuh bus lebih cepat dari sebelumnya. Faktor waktu perjalanan plus biaya yang lebih murah dibanding naik pesawat juga menjadi alasan orang memilih bus.
Terlebih, lanjut Direktur Utama PO SAN itu, untuk menggunakan angkutan bus prosedurnya lebih sederhana ketimbang naik pesawat. Atau bahkan dibanding naik kereta api.
“Tetapi yang pasti, fakta itu membuktikan bahwa bus (dan kereta api) kembali menjadi pilihan masyarakat saat bepergian setelah setahun sebelumnya orang enggan dan lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi karena alasan pandemi,’ imbuh Lesani. (Jrr/Aa)
Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id