Jakarta, Mobilitas – Sebagian besar masyarakat Indonesia yang menggunakan mobil sudah tak asing dengan mobil bertransmisi otomatis. Namun, meski tak sedikit yang menggunakannya ternyata banyak pula yang kurang atau bahkan tidak memhami teknik mengemudi mobil transmisi otomatis dengan benar, khususnya di saat harus melintasi lintasan tanjakan dan turunan tajam.
“Dengan mempraktikan teknik yang benar mengemudi mobil transmisi otomatis atau mobil matik yang tepat dan benar, bukan hanya soal keamanan dan keselamatan berkendara saja yang dihasilkan, tetapi juga menjaga keawetan komponen pengereman dan komponen transmisi itu sendiri. Sayang sekali, sampai saat ini masih banyak orang yang salah. Bahkan, meski sudah bertahun-tahun menggunakan mobil matik,” papar Direktur Training Safety Driving Java Adventures, Poengki Eko Haryanto, saat dihubungi Mobilitas dari Jakarta, Sabtu (14/8/2021).
Menurut Poengki masih banyak anggapan yang salah dari pemilik mobil yang mengira dengan transmisi matik – sesuai dengan namanya – maka mobil akan secara otomatis juga akan menyesuaikan dengan kondisi. Termasa di kala harus melibas tanjakan tajam dan turunan curam.
“Pemahaman seperti ini tentunya salah. Karena transmisi otomatis tetap perlu pengendalian pengemudi untuk kondisi tertentu, termasuk di tanjakan dan turunan curam,” kata pria yang pernah menjadi manager training sebuah agen pemegang merek mobil asal Jepang tersebut.
Oleh karena itu, dia memwanti-wanti agar pengguna mobil matik memperhatikan dan mempraktikan dua hal ini:
Pertama, saat harus melibaas tanjakan tajam atau tinggi. Pada saat mobil harus mendaki tanjakan yang tinggi atau tajam, dan mobil tetap harus tetap berjalan merambat lambat karena macet maka pengemudi harus memindah tuas transmisi dari mode D (drive) ke L (Low).
“Dengan posisi gigi yang rendah atau Low ini, maka torsi yang besar dan maksimal akan didapat. Sehingga, mobil akan lebih mudah melibas tanjakan dengan mudah. Sementara, komponen-komponen mobil khususnya transmisi akan bekerja secara wajar dan benar,” kata Poengki.
Kedua, ketika mobil harus melibas turunan curam, posisi gigi juga harus dipindah ke posisi rendah. Pindahkan tuas transmisi dari posisi di D (Drive) ke D2 atau L (Low). Dengan memindah posisi gigi ke tingkat rendah itu, maka pengemudi dapat melakukan engine brake.
Walhasil, proses pengereman pun bisa dilakukan secara maksimal dan benar. Sbab, jika hanya melakukan pengereman secara konvensional dengan cara melepas sedikit-sedikit injak-lepas pedal rem justeru akan menyebabkan minyak rem panas.
“Jika minyak rem panas hingga mencapai titik didih, akan muncul uap air. Akhirnya, rem pun blong,” jelas Poengki.
Namun, yang perlu dicatat, proses pemindahan posisi gigi harus dilakukan di saat kecepatan mobil rendah dan stabil, agar tak terjadi overspeed. Sedangkan proses engine brake bisa dilakukan dengan cara cukup melepas injakan di pedal gas dan secara perlahan menginjak pedal rem. (Vto/Aa)
Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id