Daya Beli Kelas Menengah Melemah AISI Pede Penjualan Motor Capai 6,5 Juta Unit, Ini Alasannya

ndara sepeda motor - dok.Town & Country Federal Credit Union

Jakarta, Mobilitas – Fakta data yang dirilis Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) menunjukkan, selama periode Januari hingga Juli tahun ini penjualan sepeda motor di Tanah Air masih berada di tren peningkatan dibanding periode sama di tahun 2023.

Dalam keterangan resmi penyelenggara Indonesia Motorcycle Show (IMOS) yang dikutip Mobilitas di Jakarta, Rabu (21/8/2024) data AISI menunjukkan selama tujuh bulan pertama 2024, jumlah sepeda motor yang terjual mencapai 3.769.838 unit. Jumlah ini meningkat 2,54 persen dibanding periode Januari – Juli tahun lalu, yang sebanyak 3.676.358 unit.

Ketua Bidang Komersial AISI, Sigit Kumala, yang juga ketua penyelenggara IMOS 2024 menyebut hajatan IMOS yang digelar di ICE, BSD City, Serpong, Tangerang pada 30 Oktober – 3 November 2024 nanti bakal menjadi sentimen positif bagi pasar. Sehingga, penjualan pun ikut terkerek.

“Kami yakin IMOS 2024 dapat menjadi dorongan yang dibutuhkan untuk mencapai target yang telah ditetapkan,” ungkap Sigit.

Bahkan di saat fenemona terkini yang disebut sejumlah kalangan telah terjadi penurunan daya beli kelas menengah sekali pun. Saat dihubungi Mobilitas, di Jakarta, Rabu (21/8/2024) Sigit menyebut, meski dalam kondisi daya beli yang dinilai melemah, kelompok masyarakat kelas menengah tetap membutuhkan sarana mobilitas dalam kegiatan sehari-hari.

“Dalam kondisi yang menuntut efisiensi anggaran atau ongkos transportasi, maka sepeda motor justeru menjadi pilihan. Mengapa, karena selain fleksibel dan praktis, biaya operasional sepeda motor lebih irit. Jadi, banyak kelas menengah yang juga membutuhkan sepeda motor,” papar Sigit.

Ilustrasi, New Honda Scoopy – dok.Istimewa

Pernyataan senada diungkap Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira Adhinegara yang dihubungi Mobilitas di Jakarta, Rabu (21/8/2024). Menurut Bhima, saat ini banyak masyarakat yang semula masuk dalam kategiri kelas menengah turun kelas menjadi kelompok masyarakat rentan atau bahkan ke kelas bawah.

“Sebab, pendapatan tidak mengalami kenaikan, tetapi biaya pengeluaran meningkat. Sehingga, banyak dari mereka yang menggunakan tabungan atau simpanan untuk menopang biaya hidup. Selain itu mereka melakukan efisiensi, termasuk dalam biaya transportasi. Pilihan kendaraan yang lebih hemat biaya operasionalnya menjadi pilihan,” papar Bhima.

Data hasil Survei Sosial Ekonomi yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) Juli 2024 lalu yang disitat Mobilitas di Jakarta, Rabu (21/8/2024) menyebut porsi kelas menengah di dalam struktur penduduk Indonesia pada tahun 2023 lalu menjadi 17,44 persen. Porsi itu anjlok dari tahun 2019 yang masih sebesar 21,45 persen.

Di tahun 2024 ini, sampai dengan semester pertama diperkirakan 16,53 persen. “Ini didasarkan pada total nilai pengeluaran atau belanja dalam setiap bulan. Artinya, mereka turun kelas karena daya beli yang turun, itu terlihat dari pengeluaran mereka,” tandas Bhima. (Ane/Aa)