Jakarta, Mobilitas – Amblesnya penjualan mobil (kendaraan bermotor roda empat atau lebih) di Tanah Air tidak hanya terjadi dari pabrik ke dealer (wholesales) tetapi juga dari dealer ke konsumen (penjualan ritel).
Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang dikutip Mobilitas di Jakarta, Sabtu (11/5/2024) menunjukkan sepanjang Januari – April 2024, total wholesales yang dibukukan seluruh pabrikan mobil mencapai 263.706 unit. Jumlah ini ambles 22,8 persen dibanding wholesales yang mereka bukukan pada periode sama di tahun lalu, yang sebanyak 341.582 unit.
Sementara total angka penjualan ritel yang mereka raup di empat bulan pertama 2024 itu hanya sebanyak 289.551 unit. Jumlah angka penjualan ritel ini ambles hingga 14,8 persen dibanding total angka penjualan ritel yang berhasil mereka serok di kurun waktu yang sama tahun 2023, yang masih sebanyak 339.954 unit.
Pada bulan April saja total wholesales yang dicetak para pabrikan hanya 48.637 unit, ambrol 34,9 persen dibanding bulan yang sama tahun lalu yang mencapai 74.724 unit. Sedangkan angka penjualan ritel yang berhasil dikantongi pabrikan pada bulan itu hanya 58.779 unit, ambles 14,8 persen dibanding April 202 yang mencapai 82.088 unit.
Menariknya, amblesnya penjualan (baik secara kumulatif empat bulan pertama maupun di bulan April saja) itu terjadi di saat ekonomi Indonesia tumbuh 5,11 persen (seperti diungkap Badan Pusat Statistik). Lantas mengapa ini terjadi?
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira Adhinegara yang dihubungi Mobilitas di Jakarta, Sabtu (11/5/2024) menyebut pertumbuhan ekonomi sebesar 5,11 persen di kuartal pertama (Januari – Maret 2024) yang diklaim pemerintah itu ditopang oleh konsumsi.
“Konsumsi itu berasal dari pemerintah dan partai politik terkait penyelenggaraan Pemilu (pemilihan umum) dan konsumsi rumah tangga menjelang dan saat Lebaran Idul Fitri 2024. Tetapi konsumsi rumah tangga itu lebih ke kebutuhan primer (makanan) dan sekunder terutama pakaian. Sedangkan tersier (motor maupun mobil) sangat minim,” ujar Bhima.
Minimnya konsumsi barang tersier dikarenakan tekanan inflasi yang menguat. Selain itu, tingkat suku bunga acuan kredit yang ditetapkan Bank Indonesia juga menjadikan masyarakat berfikir untuk membeli barang-barang tersebut.
Lemahnya penjualan juga terjadi di segmen kendaraan komersial. Sebab, para pelaku bisnis mengerem dan menhan realisasi karena masih melihat transisi pemerintahan baru hasil Pemilu, termasuk saat perhelatan Pemilu berlangsung. (Yat/Aa)
Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id