Tokyo, Mobilitas – Mitsubishi Motors (Mitsubishi) diketahui tengah menyiapkan diri untuk bertarung dengan merek-merek asal Cina yang kini mulai agresif menyerbu kawasan Asia Tenggara (Asean) dan menyuguhkan mobil listrik berbanderol murah. Tak hanya menjajakanya saja, Mitsubishi juga akan memproduksi mobil listrik murah di kawasan ini, tepatnya di Thailand.
Hingga saat ini, Asean merupakan pasar yang dikuasai oleh merek-merek asal Jepang termasuk Mitsubishi, dengan porsi penguasaan hingga 80%. Walhasil, kehadiran merek asal Cina dengan strategi harga murahnya menjadi ancaman.
“Cina akan menjadi saingan di masa depan,” kata Presiden Mitsubishi Motors, Takao Kato, seperti diwartakan Nikkei, Kamis (24/6/2021).
Mengutip sumber di pabrikan berlambang tiga berlian itu, Nikkei menyebut Mitsubishi bakal menyuguhkan mobil listrik berbanderol murah – yakni kurang dari 2 juta yen atau sekitar Rp 260 jutaan (kurs 1 yen = Rp 130,8) – di Asia. Meski, hingga kini belum disebutkan model dan jenis mobil bertenaga dari setrum tersebut.
Tetapi, yang pasti, pabrikan dikabarkan bakal menggunakan baterai model baru yang memiliki bobot ringan namun sanggup membawa mobil menjangkau jarak hingga 150 kilometer lebih. Dengan baterai itu, maka harga jual mobil juga lebih bersaing.
Pabrikan menargetkan produksi mobil listrik baru sebanyak 10.000 unit saban tahun di Thailand.
Alasan pilih Thailand
Ihwal pilihan ke Thailand, karena negeri itu memiliki daya saing yang tinggi. Bahkan seperti dilaporkan Bangkok Post dan The Nation belum lama ini, pemerintah Thailand terus mendorong produksi mobil listrik di negerinya.
Serangkaian insentif mulai dari perpajakan hingga infrastruktur manufaktur diberikan. Sebab, Negeri Gajah Putih ini menargetkan produksi mobil listrik di lokal mencapai 750.000 unit pada tahun 2030 nanti. Jumlah itu setara 30% dari total produksi mobil pada tahun itu.
Thailand berambisi tetap menjadi basis produksi dan pusat mobil listrik di kawasan regional Asean. Dan Mitsubishi akan menggelontorkan investasi sekitar 19 miliar yen atau sekitar Rp 2,485 triliun untuk membangun fasilitas produksi baru di Negeri Gajah Putih itu, termasuk untuk memproduksi mobil hybrid.
Serbuan pabrikan Cina
Sementara, sejumlah pabrikan asal Cina telah memasarkan mobil listrik di negara itu. Seperti dilaporkan laman Wapcar, 2 Mei lalu, Wuling Motors telah menjual mobil listrik mini Wuling Hongguang. Meski mobil itu baru diimpor oleh importir umum Nomoco Company Ltd, sebuah importir umum.
Mobil listrik terlaris di Cina itu dibanderol 369.000 bath atau sekitar Rp 168,7 juta. Bahkan, sejumlah jaringan penjualan juga telah dibangun di negara itu.
Sekondan Wuling – yakni Great Wall Motor (GWM) – seperti dilaporkan Nikkei, sejak 10 Juni lalu telah mengoperasikan pabriknya di Rayong Thailand. Dalam keterangan resminya GMW menegaskan – selain mobil konvensional – juga akan fokus memproduksi kendaraan listrik baik untuk pasar domestik dan ekspor ke negara-negara Asean.
Presiden GWM Elliot Zhang mengatakan produksi ini telah menandai tonggak penting dalam strategi globalisasi Great Wall Motors. “Terutama untuk mewujudkan ekspansi kami ke Asean, khususnya ke pasar kendaraan setir kanan,” kata dia.
Salah satu mobil listrik yang bakal digelontorkan adalah, mobil listrik kompak Ora Good Cat. Mobil ini juga menjadi salah satu mobil listrik terlaris di Cina. (Jrr/Yan/Aa)