Hujan Bikin Mobil Boros BBM? Ini Penjelasannya

0
1770
Mengemudi saat hujan - dok.ArabiaWeather

Tangerang, Mobilitas – Hingga saat ini pendapat masyarakat secara umum mengatakan, di saat hujan mengguyur dari langit dan jalanan menjadi padat merayap yang cenderung macet menjadikan konsumsi bahan bakar mobil lebih boros. Para pemilik mobil yang mengatakan pendangan ini mengaku fakta itu berdasar pengalaman yang mereka alami sendiri.

Penggiat safety driving yang juga mantan instruktur di Java Adventures, Poengki Eko Harianto, yang dihubungi Mobilitas dari Tangerang, Sabtu (19/2/2022) mengatakan, ungkapan itu bukanlah mitos belaka. “Jika dikatakan lebih boros bahan bakar minyak (BBM), itu benar. Ada beberapa hal yang menyebabkannya,” papar dia.

Poengki pun memberikan penjelasan secara teoritisnya. Pertama, komposisi udara dan BBM yang lebih banyak.

Mengemudi di jalan tol di tengah guyuran hujan butuh kehati-hatian dan kercermatan- dok.Carfax

Menurut pria yang pernah bekerja sebagai salah satu engineer di sebuah pabrik merek kondang asal Jepang itu, secara teknis mesin mobil akan bekerja secara optimal ketika suhu udara di sekeliling kendaraan itu dalam tingkat tinggi. Dengan suhu yang optimal itu proses pembakaran di ruang bakar mesin bisa berjalan sempurna, karena komposisi campuran BBM dan udara yang terjadi dalam proporsi yang tepat.

“Komposisi campuran BBM dengan udara atau Air-Fuel Ratio (AFR) yang terjadi ideal dengan rasio 1:14,7 yaitu setiap1 butir BBM berbanding 14,7 butir udara. Itu secara teori kimiawi pembakaran yang dinamakan Stichiometry,” jelas Poengki.

Tetapi, ketika kondisi hujan maka udara yang dipenuhi molekul air menjadikan suhu dingin. Sehingga, untuk menghasilkan pembakaran yang ideal di mesin dibutuhkan AFR yang tinggi atau AFR yang kaya.

Pada saat hujan, suhu udara sekeliling mobil yang lebih dingin menjadikan mesin harusbekerja ekstra untuk mendapatkan rasio komposisi udara dengan BBM agar pembakaran berlangsung secara sempurna – dok.Get Surrey

“Untuk menghasilkannya putaran mesin harus dibuat lebih tinggi, dengan suhu udara di blok mesin juga harus dibuat lebih tinggi. Sehingga semburan BBM (oleh injektor di mesin) lebih banyak. Artinya, konsumsi BBM lebih boros dari kondisi tidak hujan,” ujar Poengki.

Traksi ban berkurang
Faktor kedua yang juga berperan menyebabkan mobil boros BBM di kala hujan adalah karena berkurangnya traksi ban mobil yang disebabkan oleh permukaan jalan atau aspal basah dan tergenang air. Dengan kondisi seperti itu daya cengkeram ban menurun dan menjadikan semburan tenaga dari mesin yang disalurkan melalui transmisi ke ban banyak yang terbuang sia-sia.

Ban akan berusaha keras untuk menyingkirkan air yang menyelinap di pola ukiran tapaknya. Selain itu, rolling resistance dari ban menjadi bertambah.

Traksi ban berkurang ketika lintasan atau permukaan jalan dipenuhi air setelah air hujan mengguyur – dok.Firestone

“Akibatnya, jika ingin mobil melaju lebih cepat, maka supir akan membejek pedal gas lebih dalam. Artinya, konsumsi BBM untuk keperluan itu lebih banyak alias boros,” jelas Pongki.

Stop & Go di tengah kemacetan
Begitu hujan mengguyur – terutama di kota-kota besar – kondisi lalu-lintas langsung padat merayap. Maklum, dengan kondisi guyuran air, pengemudi kendaraan akan dengan serta merta memperlambat laju kendaraan mereka dengan alasan karena daya pandang yang terganggu dan mengurangi risiko di tengah jalanan yang licin.

Walhasil, panjang antrean kendaraan pun terus bertambah alias padat merayap di ruas-ruas jalan yang ada. Bahkan, lajunya tersendat dengan kondisi berhenti sejenak dan tak lama kemudian kembali jalan atau stop and go.

Menyetir mobil di tengah lalu-lintas yang stop and go karena hujan – dok.Easirent

Sebab, sebut Poengki, sangat susah berkendara dalam kecepatan konstan (dengan laju akselerasi dan deselerasi yang konstan) di kala kondisi jalanan seperti itu. Akibatnya, konsumsi bahan bakar makin boros.

“Karena beban yang ditanggung mesin mobil lebih besar, ketika mobil dalam posisi diam ke posisi dari diam ke bergerak. Sebab,gaya gesek yang yang tercipta lebih besar ketika menggerakkan benda dari diam ke bergerak,” imbuh Poengki. (Swe/Aa)