Jakarta, Mobilitas – Australia, negeri berpenduduk 26.230.800 jiwa – berdasar hitungan Biro Sensus Amerika Serikat dan Worldometers, tahun 2021) – merupakan negara dengan pasar otomotif roda empat atau lebih yang sangat menjanjikan. Maklum, penyerapan konsumen yang mencapai 1,1 juta – 1,2 juta unit saban tahunnya, dan terus bertumbuh.
Karenanya, banyak negara yang ngebet menggarap pasar negeri ini, dengan mengekspor mobil buatan dalam negerinya ke negeri berjuluk Benua Kanguru tersebut. Salah satunya, Indonesia.
Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan, Kementerian Perindustrian, Sony Sulaksono menyebut pasar Australia merupakan pasar yang sangat menjanjikan. Tak terkevuali bagi Indonesia, karena hampir 100% dari total kebutuhan 1,2 juta mobil dipenuhi dari impor.
“Meskipun, untuk mewujudkannya juga perlu pendekatan G to G (lobi antar pem,erintah) B to B (lobi oleh masing-masing produsen dengan melibatkan prinsipal mereka. Begitu pun dengan kesiapan dari produsen yang bersangkutan, karena menyangkut teknologi, tren gaya desain, sesuai kebutuhan pasar negara tujuan. Jadi, memang perlu waktu karena ini terus berproses,” papar Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan, Kementerian Perindustrian, Sony Sulaksono, saat dihubungi Mobilitas di Jakarta, Jumat (8/10/2021).
Menurut Sony, dengan membidik Australia sejatinya Indonesia memiliki potensi keuntungan yang besar. Pertama, secara geografis Indonesia lebih dekat dengan Australia dibanding Thailand, sehingga waktu dan ongkos pengiriman barang lebih efisien.
Kedua, antara Indonesia denagn Australia telah ada perjanjian kerjasama ekonomi bilateral Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) yang merupakan sebuah bentuk kerja sama antara Indonesia dan Australia. Dengan kerjasama ini kedua negara akan saling diuntungkan.
Lantas, bagaimana realisasi ekspor Indonesia ke Australia hingga saat ini? Menurut Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Jongkie Sugiarto, Indonesia sampai sekarang belum memanfaatkan peluang pasar ekspor ke Australia itu karena ada beberapa hal yang masih belum sesuai.
“Tentunya soal standar kualitas produk, standar emisi, dan kebutuhan pasar negara itu dengan produk yang dihasilkan Indonesia masih ada sejumlah perbedaan. Di Australia, terbanyak permintaannya itu pikap double cabin, SUV, dan sedan. Nah, ini yang perlu dipikirkan oleh prinsipal dari masing-masing industrinya yang ada di Indonesia. Jadi, soal ekspor ini juga terkait dengan kebijakan dan strategi prinsipal masing-masing merek di pasar global,” kata dia saat dihubungi Mobilitas di Jakarta, Jumat (8/10/2021).
Mobil terlaris saat ini
Sementara itu, data dari Federal Chamber of Automotive Industries (FCAI) Australia yang dilansir salam SBS News, Best Selling Cars, dan ABC News, belum lama ini menunjukkan sepanjang Januari hingga September tahun ini, total penjualan mobil di negara itu mencapai 816.140 unit. Jumlah ini menanjak 26,6% dibanding penjualan yang diraup selama sembilan bulan pertama 2020.
Sedangkan, hingga akhir tahun total penjualan diperkirakan 1,09 juta unit atau naik 19% dibanding tahun 2020. FCAI memprediksi angka sebesar itu karena kondisi pasar yang terdampak pandemi Covid-19 belum pulih sepenuhnya, terlebih di beberapa bulan terakhir pasokan unit juga terganggu akibat produksi merek pemasoknya terganggu akibat langkanya pasok semikondutor (chip) global.
Fakta menarik lainnya dari data ini adalah, tetap bertahannya pikap medium dan SUV sebagai mobil yang terlaris di Australia hingga saat ini. Toyota Hilux, Ford Ranger, Toyota RAV4, hingga Isuzu D-Max bercokol di daftar itu.
Berikut 10 mobil terlaris di Australia, Januari – September tahun ini:
Toyota Hilux: 40.791 unit
Ford Ranger: 37.551 unit
Toyota RAV4: 29.263 unit
Toyota Corolla: 23.404 unit
Mazda CX-5: 21.333 unit
Isuzu D-Max: 20.006 unit
Hyundai i30: 19.134 unit
Toyota Prado: 17.326 unit
Kia Cerato: 14.802 unit
Mazda BT-50: 12.357 unit
Sumber: FCAI, 2021