Jakarta, Mobilitas – Sepanjang Januari hingga Mei, mobil murah ramah lingkungan (LCGC) diproduksi sebanyak 92.858 unit.
Mobil berbanderol murah ini diproduksi oleh tiga pabrikan yakni Toyota, Daihatsu, dan Honda. Sedangkan modelnya meliputi Toyota Calya, Toyota Agya, Daihatsu Sigra, Daihatsu Ayla, dan Honda Brio Satya.
Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang dikutip Mobilitas, di Jakarta, Jumat (7/7/2023) dari total mobil yang diproduksi tersebut 84.136 unit terjual ke diler (wholesales). Jumlah tersebut setara dengan 19,9 persen dari total wholesales seluruh jenis dan kelas mobil selama lima bulan pertama tahun ini, yang sebanyak 423.404 unit.
Sementara, yang terjual langsung ke konsumen (ritel) di rentang waktu itu, mencapai 83.914 unit. Jumlah ini sekitar 19,9 persen dari total penjualan ritel seluruh mobil di negeri ini, yang mencapai 422.514 unit.
“Kalau total produksi LCGC selama Januari – Mei itu, mencapai 587.263 unit. Mengapa total produksinya jauh lebih banyak dari yang dijual di dalam negeri? Karena sebagian besar diekspor. Ekspor bahkan ke Thailand, Vietnam, Malaysia, Filipina, sampai Timur Tengah,” ungkap Ketua I Gaikindo, Jongkie Sugiarto, saat dihubungi Mobilitas, di Jakarta, Jumat (7/7/2023).
Jongkie menandaskan, permintaan LCGC di Indonesia masih stabil dengan pangsa pasar 19 persen – 20 persen. Permintaan terbanyak datang dari konsumen first buyer atau orang yang baru pertama membeli mobil dan transisi dari kendaraan bermotor roda dua ke kendaraan bermotor roda empat.
“Tetapi, ada juga pembelinya itu orang yang sudah memiliki mobil. Bahkan sudah mempunyai lebih dari satu. Ini sebagai kendaraan additional (tambahan) untuk berbagai keperluan, mungkin untuk antar anak ke sekolah, untuk mengantar barang, atau pengganti sesuai pelat nomor ganjil-genap dan sebagainya,” papar dia.
Tetapi yang pasti, lanjut Jongkie, keberadaan LCGC tidak akan hilang dari pasar Indonesia, meski pasang surut permintaan bisa saja terjadi karena faktor daya beli. Maklum, sebagian besar konsumennya masih tergolong sensitif terhadap harga atau daya beli.
“Dan kalau kita lihat profil konsumen mobil di Indonesia, yang terbanyak itu pembeli potensial dengan daya beli mobil 170 juta – 300 juta. Mengapa begitu? karena pendapatan per kapita rata-rata kita masih US$ 4.700 – US$ 4.800,” jelas Jongkie. (Din/Aa)