Beijing, Mobilitas – Meski saat ini Republik Rakyat Cina telah menjadi pasar mobil listrik terbesar di dunia dengan tingkat penetrasi lebih dari 50 persen, namun pemerintah negara itu terus menggenjot penjualan.
Laporan The Green Cars Congress yang dikutip Mobilitas di Jakarta, Rabu (1/5/2024) menyebut saat ini Cina sangat berambisi menjadi negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Oleh karena itu, Negeri Tirai Bambu itu ingin menjadi penguasa industri, khususnya industri otomotif yang produknya banyak dibutuhkan masyarakat.
“Cina sangat berambisi menjadi pemain nomor satu dengan menguasai industri mobil listrik dari hulu ke hilir,” tulis laporan tersebut mengutip analis industri di bursa saham Nasdaq, Bertrand Polavsky.
Untuk mewujudkan hal itu, kata dia, Cina beruasaha menguasai jejaring pasokan (supply chain) industri mobil listrik dari hulu hingga hilir. Mulai dari penguasaan bahan baku baterai listrik (yang merupakan komponen utama), produksi komponen lain, produksi mobil, hingga penguasaan pasar.
Cina yang memiliki jumlah penduduk 1,423 miliar jiwa terus menggenjot penjualan mobil setrum. Tujuannya, untuk menjaga kepercayaan produsen mobil listrik dalam berproduksi karena produknya terserap oleh pasar.
Sedangkan di pasar, Cina tidak hanya memberi konsumen yang untuk pertama kalinya membeli mobil listrik melalui potongan harga. Namun, juga kepada siapa saja yang melakukan tukar tambah mobil konvensional maupun hybrid dengan mobil listrik murni atau listrik baterai (BEV).
Laporan The Bangkok Post yang mengutip pengumuman Kementerian Perindustrian Cina dan dikutip Mobilitas di Jakarta, Rabu (1/5/2024) menyebut nilai subsidi untuk tukar tambah mobil lawas sebelum tahun 2018 dengan mobil listrik mencapai 10.000 yuan (atau sekitar Rp22,46 juta , kurs 1 Yuan = Rp 2.245,8).
Sedangkan yang lebih muda dari tahun 2018 mendapatkan subsidi 7.000 yuan. “Program ini akan dijalankan hingga akhir tahun 2024 untuk memacu tingkat konsusmi masyarakat Cina agar laju pertumbuhan ekonomi terpacu,” tulis The Bangkok Post.
Anggaran subisdi ini 60 persen ditanggung pemerintah pusat dan 40 persen oleh pemerintah daerah (baik provinsi maupun kabupaten/kota). Namun, besaran untuk masing-masing daderah berbeda beda.
Tetapi, Kementerian Perindustrian tidak menyebut berapa anggaran yang disiapkan pemerintah untuk subisdi tukar tambah mobil lawas dengan mobil listrik ini. (Tan/Aa)
Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id