Jakarta, Mobilitas – Selama Januari hingga Agustus 2022 lalu, penjualan kendaraan Scania di Indonesia anjlok sangat dalam.
Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang dikutip Mobilitas, di Jakarta, Kamis (21/9/2023) menunjukkan, pada delapan bulan pertama 2022 itu, hanya 132 unit kendaraan Scania (gabungan bus dan truk) yang terjual ke konsumen (ritel). Jumlah tersebut anjlok hingga 69,2 persen dibanding total angka penjualan ritel yang berhasil diraupnya selama periode sama di 2021.
Pada bulan Agutus saja, Scania di Indonesia hanya menjual 9 unit kendaraannya ke konsumen. Jumlah tersebut anjlok hingga 74,3 persen dibanding penjualan ritel yang berhasil dicetaknya pada bulan yang sama di 2022.
Namun, kini kondisi telah berubah. Meski penjualan truk berada di tren menurun, namun Scania justeru membukukan angka penjualan yang berlipat.
Total penjualan ritel kumulatif yang dibukukan Scania selama Januari – Agustus tahun ini mencapai 573 unit. Jumlah ini meroket 334,1 persen dibanding total angka penjualan ritel yang diraup selama periode sama di 2022.
Selama Agustus saja, jumlah penjualan ritel yang dicetak merek kendaraan komersial bus dan truk asal Swedia ini mencapai 53 unit. Jumlah tersebut meroket 488,9 persen dibanding penjualan ritel di bulan yang sama pada 2022.
Kolega Mobilitas di Organisasi Angkutan Darat (Organda) bidang transportasi bus yang dihubungi di Jakarta, Kamis (21/9/2023) menyebut naiknya penjualan Scania hingga ratusan persen itu dikreanakan pada tahun 2022 lalu turun drastis, yang diduga karena pasokan unit mengalami kendala. Pada saat yang bersamaan permintaan masih ada.
“Dengan kata lain, melonjaknya penjualan Scania yang ada saat ini merupakan pengiriman unit yang sebelumnya tertunda karena mungkin ada kendala. Nah,pada tahun ini pasokan (terutama bus) kembali normal. Kalau, permintaan chassis bus Scania masih kuat, karena chassis bus merek ini menjadi salah satu chassis yang disukai perusahaan otobus,” papar sang kolega. (Jrr/Aa)