Januari – April 2024: Kinerja Penjualan Bus di Indonesia Masih Mencorong, Ini Pemicunya

Ilustrasi, bus bersasis Hino RM 280 ABS - dok.HMSI

Jakarta, Mobilitas – Seperti halnya tahun 2023, penjualn bus baik dari pabrik ke dealer (wholesales) maupun dari dealer ke konsumen (penjualan ritel) di empat bulan pertama 2024 naik.

Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang dikutip Mobilitas, di Jakarta, Jumat (31/5/2024) menunjukkan wholesales bus di periode Januari – April 2024 itu mencapai 1.770 unit. Jumlah ini meningkat 4 persen dibanding total wholesales pada catur wulan pertama 2023.

Sementara, jumlah angka penjualan ritel yang diraup seluruh chassis bus dari berbagai merek di Tanah Air pada empat bulan pertama 2024 itu sebanyak 1.900 unit. Jumlah ini melonjak 25 persen dibanding total angka penjualan ritel yang mereka serok di Januari – April 2023.

Kenaikan penjualan selama catur wulan pertama 2024 itu memperlihatkan tren kenaikan penjualan bus masih berlanjut di Indonesia. Fakta data Gaikindo berbicara, di tahun 2023 kemarin total wholesales chassis bus di Tanah Air mencapai 6.227 unit.

Jumlah tersebut melonjak 140 persen dibanding tahun 2022. Sementara, total penjualan ritelnya mencapai 5.369 unit, melonjak 59 persen dibanding tahun 2022.

Ilustrasi, bus ber-chassis Scania dengan karoseri garapan Laksana – dok.Mobilitas

Ihwal masih menterengnya kinerja penjualan bus di Indonesia, Ketua Ikatan Pengusaaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) Kurnia Lesani Adnan yang dihubungi MObilitas di Jakarta, Jumat (31/5/2024) menyebut setidaknya ada faktor yang menjadi pemicunya.

Pertama, karena banyak Perusahaan Otobus (PO) yang melihat saat ini merupakan waktu yang tepat untuk berinvestasi dengan membuka trayek atau rute baru.

“Sebab, dengan semakin bagusnya koneksi aksesibilitas daerah satu ke daerah lain sejalan dengan membaiknya infrastruktur jalan, kebutuhan sarana mobilitas masyarakat juga semakin meningkat. Banyak daerah-daerah yang mulai berkembang dan ekonominya tumbuh, sehingga banyak pula orang yang melakukan mobilitas ke daerah itu, atau sebaliknya dari daerah yang bersangkutan ke daerah lain,” papar Lesani.

Kedua, saat ini jumlah penduduk Indonesia telah bertambah menjadi 280 juta jiwa lebih. Banyak masyarakat yang merantau atau bekerja di luar daerah, para pekerja migran ini banyak yang melihat membaiknya infrastruktur jalan dan konektivititas ke daerah asal merek membaik, sehingga setiap saat bisa mudik.

Bus Mercedes-Benz dengan karoseri bodi garapan Tentrem – dok.Mobilitas

Faktor ketiga, lanjut Lesani, saat ini masyarakat mulai kembali meminati bus. Karena sifat trnasportasi bus itu lebih fleksibel bisa turun di kota-kota tertentu yang dilewati dan kebetulan menjadi kota tujuan penumpang.

“Ini tentu berbeda dengan sarana transportasi kereta api maupun pesawat terbang, jadi lebih fleksibel dan efisien. Apalagi, tarif tiket bus lebih terjangkau,” tandas pria yang juga Ketua Bidang Angkutan Orang Organisasi Angkutan Darat (Organda) itu. (Din/Aa)