Januari – April 2024 Penjualan Motor di RI Menciut, Gegara Disundut Harga Pangan

Ilustrasi, sepeda motor - dok. YouMotorcycle

Jakarta, Mobilitas – Meski secara prosentase, penyusutan penjualan yang terjadi itu terbilang relatif kecil.

Data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) yang dikutip Mobilitas di Jakarta, Minggu (12/5/2024) menunjukkan, selama Januari – April tahun ini, total sepeda motor yang terjual di Tanah Air sebanyak 2.154.226 unit. Jumlah ini menciut 1,1 persen dibanding penjualan selama periode sama di tahun 2023, yang masih sebanyak 2.178.396 unit.

Sebelumnya, Ketua Bidang Komersial AISI, Sigit Kumala, yang dihubungi Mobilitas di Jakarta, Jumat (10/5/2024) mengatakan penyusutan minat masyarakat untuk membeli sepeda motor dikarenakan harga bahan pangan pokok yang meningkat di periode empat bulan pertama itu.

“Karena harus diakui, faktor daya beli itu menjadi kunci. Karena harga sejumlah bahan pangan seperti beras, minyak goreng, bawang merah, cabai naik, maka orang juga berpikir ulang untuk membeli motor. Mereka akan menunda dulu rencanma pembelian. Itu yang berdampak ke total penjualan sepeda motor secara nasional,” ungkap Sigit.

Ilystrasi, New Honda Scoopy – dok.AHM

Terlebih, lanjut Sigit, sebagian besar atau 85 persen lebih pembelian sepeda motor di Tanah Air dilakukan secara kredit. Sehingga, ketika harga pangan yang merupakan kebutuhan primer naik dan anggaran untuk untuk kebutuhan utama itu meningkat, banyak orang yang khawatir dengan kemampuan untuk membayar angsuran.

“Apalagi jika besaran penghasilan mereka tetap. Oleh karena itu, turunnya harga bahan pangan dan stabil tetap terjangkau menjadi kuncinya. Apalagi, kenaikan harga bahan pangan juga memberikan dampak naiknya inflasi. Kalau inflasi naik, maka multiplier effect (dampak berantainya) juga besar,” sebut Sigit.

Sekadar informasi, data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dinukil Mobilitas di Jakarta, Minggu (12/5/2024) memperlihatkan angka inflasi tahunan hingga April kemarin mencapai 3,0 persen. Data juga menyebut besaran inflasi di sektor makanan, minuman, hingga tembakau dan produk turunannya mencapai 7,04 persen.

Produk tembakau dan olahannya (yakni rokok) harganya terkerek seiring berlakunya tarif cukai baru sejak 1 Januari 2024. Semua sektor (makanan, tembakau, dan lainnya) itu menyumbang 1,98 persen ke besaran angka inflasi secara umum. (Fat/Aa)