Januari – Mei 2024: Penjualan Mobil di RI Masih Anjlok, Ini Penyebabnya

Ilustrasi, Daihatsu All New Xenia yang dijual di Indonesia - dok.Daihatsu

Jakarta, Mobilitas – Amblesnya penjualan mobil (baik mobil penumpang maupun angkutan barang) selam Januari hingga Mei 2024 tak hanya terjadi dari pabrik ke dealer (wholesales) saja, tetpai juga dari dealer ke konsumen (penjualan ritel).

Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang dikutip Mobilitas di Jakarta, Senin (10/6/2024) menunjukkan selama lima bulan pertama 2024 itu, total wholesales yang dibukukan seluruh pabrikan mobil di Tanah Air sebanyak 334.969 unit. Jumlah ini ambles 21 persen dibanding total wholesales selama periode sama di tahun 2023, yang sebanyak 423.771 unit.

Sementara, jumlah mobil yang terjual ke konsumen (penjualan ritel) pada saat yang sama hanya sebanyak 361.698 unit. Jumlah ini ambles 14,4 persen dibanding jumlah penjualan ritel yang dicetak seluruh pabrikan pada lima bulan pertama di tahun lalu, yang mencapai 422.514 unit.

Pada bulan Mei saja, total wholesales yang dibukukan pabrikan hanya 71.263 unit. Jumlah ini anjlok 13,3 persen dibanding bulan yang sama di tahun lalu, yang mencapai 82.189 unit.

Sedangkan penjualan ritel di bulan kelima itu, hanya sebanyak 72.137 unit. Total penjualan ritel ini anjlok 12,6 persen dibanding total penjualan ritel yang tercetak pada bulan yang sama di tahun lalu, yang mencapai 82.560 unit.

Ilustrasi, Suzuki Ertiga – dok.Mobilitas

Ihwal masih loyonya penjualan mobil di Tanah Air ini, Ketua I Gaikindo, Jongkie Sugiarto, yang dihubungi Mobilitas di Jakarta, Senin (10/6/2024) menyebut faktor suku bunga menjadi penyebab orang berpikir untuk membeli mobil.

Menurut dia, dengan dikereknya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) dari 6,0 persen menjadi menjadi 6,25 persen menjadikan orang mengkalkulasi besaran angsuran, di tengah masih rentannya perekonomi nasional.

Pada sisi lain, lembaga pembiayaan kredit (leasing) saat ini juga banyak yang memperketat penyaluran pembiayaan sebagai langkah antisipasi kredit bermasalah.“Suku bunga berpotensi naik, dan leasing semakin selektif, tentu ini sangat berpengaruh besar ke penjualan. Apalagi, sekitar 75 persen – 80 persen pembelian mobil menggunakan cara kredit,” kata Jongkie.

Sementara, di segmen kendaraan komersial terutama truk, para pelaku usaha saat ini dalam posisi menunggu dan melihat keadaan hingga transisi pemerintahan ke pemerintah baru hasil pemilihan umum selesai dilakukan.

“Pada saat dalam kondisi wait and see (menunggu dan melihat) inilah, banyak pelaku usaha yang menahan langkah ekspansi. Sehingga kebutuhan barang modal, termasuk kendaraan komersial juga belum direalisasikan,” jelas Jongkie. (Din/Aa)